Sabtu, 22 Oktober 2016

MEMBUMIKAN AYO KE TAMAN NASIONAL”
Bambang Winarto *)

Pada hari Selasa, 15 Desember 2015 di Gedung Manggala Wanabakti Jakarta, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencanangkan promosi taman nasional dengan tema “Ayo Ke Taman Nasional”. Diambilnya tema tersebut diharapkan dapat menginspirasi publik untuk mengenal lebih jauh potensi taman nasional di Indonesia sekaligus dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke taman nasional. Dari kawasan konservasi ini, ditargetkan kunjungan wisatawan minimal 1,5 juta wisatawan mancanegara dan 20 juta wisatawan nusantara sampai dengan tahun 2019. Hal ini sejalan dengan Target Pariwisata Nasional 2015-2019 yaitu meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 20 juta dan wisatawan nusantara mencapai 275 juta dalam 5 tahun. (SIARAN PERS Kementerian LHK Nomor : S. 810/PHM-1/2015). Apakah target “Ayo Ke Taman Nasional”,dapat dicapai ? Tulisan ini mencoba memberikan masukan kepada Kementerian LHK khususnya Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE), bagaimana mempromosikan taman nasional, sehingga “membumi “ bagi wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun nusantara.
MENENGOK JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN DI TAMAN NASIONAL.
Dari Buku Statistik Kehutanan (2014), diketahui bahwa jumlah kunjungan wisatawan pada 50 taman nasional  tahun 2013 adalah 1.965.306 orang, terdiri dari wisatawan nusantara 1.748.460 orang dan wisatawan mancanegara 216.846 orang,  dengan penjelasan sebagai berikut :
1.         Kunjungan wisatawan berupa : penelitian dan pengembangan, pendidikan/ilmu pengetahuan, rekreasi, berkemah dan lain-lain. Kunjungan wisatawan rekreasi paling banyak dibandingkan dengan kunjungan wisatawan lainnya.
2.         Kunjungan wisatawan terbanyak pada sepuluh taman nasional adalah : Bromo Tengger Semeru (545.648) Bantimurung Bulusaraung (328.190) Gunung Ciremai (260.244) Gunung Gede Pangrango (139.767) dan Alas Purwo (121.818), Gunung Merapi (100.965), Kelimutu (63.801), Gunung Rinjani (63.801), Komodo (63.801) dan  Gunung Halimun (50.860).
3.         Kunjungan wisatawan mancanegara terbanyak pada sepuluh taman nasional adalah : Komodo (54.147), Bali Barat (35.009), Bromo Tengger Semeru (32.575), Gunung Rinjani (17.574), Kutai (15.258), Gunung Leuser (13.245), Bunaken (9.865) , Tanjung Putting (8.439), Kelimutu (8.150) dan  Bantimurung Bulusaraung (3.210). 
4.         Kunjungan wisatawan nusantara terbanyak pada sepuluh taman nasional adalah : Bromo Tengger Semeru (513.073), Bantimurung Bulusaraung (324.980), Gunung Ciremai (260.244), Gunung Gede Pangrango (138.865), Alas Purwo (118.844). Gunung Merapi (98.783), Gunung Halimun (50.591), Baluran (38.858) , Bunaken (36.173) dan Gunung Merbabu (24.972).
5.         Kunjungan wisatawan yang paling sedikit pada sepuluh taman nasional adalah : Siberut Laiwangi (0), Kepulauan Togean (0).Wanggameti (4), Aketajawe Lolobata (10) , Kayan Mentarang (13), Lorentz (38), Betung Kerihun (91), Batang Gadis (112),  Sembilang (175) dan  Wasur (255).  

TARGET MARKET
Dalam hal daya tarik, keunikan taman nasional tidak perlu diragukan lagi. Masing-masing taman nasional mempunyai keunikan sendiri. Taman Nasional Komodo, dengan satwa endemik komodonya, Taman Nasional Ujung Kulon dengan satwa langka Badak Jawa nya, Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung dengan kupu-kupunya, Taman Nasional Kelimutu, dengan keindahan danau tiga warnanya : merah, biru, dan putih, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan laut pasirnya dan seterusnya.  Namun keunikan tunggal saja tidak cukup untuk menarik wisatawan.
Pengetahuan tentang kharakteristik taman nasional dan target market sangat penting bagi pengelola, kedua hal tersebut akan menentukan strategi promosi. Secara umum taman nasional mempunyai dua kharakteristik. Pertama, taman nasional mempunyai keunikan atau “trade mark”  dan yang kedua lokasinya  berada “di ujung dunia”. Dengan memperhatikan kedua kharakteristik tersebut, maka target wisatawan ke taman nasional dapat dirumuskan : mempunyai minat terhadap bidang konservasi (keindahan alam, flora, fauna, ekosistem), senang berpetualangan, mempunyai waktu dan dana yang cukup,  mempunyai fisik yang cukup kuat untuk berjalan. Pada target  wisatawan nusantara yang mempunyai potensi besar adalah :  para pelajar (SMU), mahasiswa , pemuda, pramuka dan karyawan dari instansi swasta, sedangkan target  wisatawan mancanegara adalah Negara-negara yang mempunyai pendapat cukup tinggi dan mempunyai minat terhadap konservasi .
Dengan target kunjungan minimal 1,5 juta dari wisatawan mancanegara dan 20 juta wisatawan nusantara sampai dengan tahun 2019 atau rata rata kunjungan wisatawan mancanegara dalam satu tahun = 375.000 orang dan kunjungan wisatawan nusantara = 5.000.000 orang, maka Ditjen KSDAE perlu kerja keras dan lebih cerdas, mengingat besarnya rata-rata target peningkatan kunjungan wisatwan dalam satu tahun, yaitu:
(a)      untuk wisatawan mancanegara 3750.000 - 200.000 (dibulatkan dari  216.846) = 175.000 orang atau peningkatan sebesar 87.5 %; sedangkan
(b)     untuk wisatawan nusantara 5.000.000 -  1.750.000 (dibulatkan dari 1.748.460 orang) = 3.250.000 orang atau sebesar 185%.
Tingginya target kunjungan wisatwan ke taman nasional kiranya perlu didiskusikan lebih mendalam dengan para pihak, khususnya pengelola taman nasional. Kepada masing-masing pengelola taman nasional perlu diberi target jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara  setiap tahunnya, sehingga akan diketahui kinerjanya.
BAGAIMANA MEMPROMOSIKAN TAMAN NASIONAL ?
Terdapat empat unsur yang menjadikan suatu destinasi wisata menarik, yaitu : daya tarik, transportasi atau akses jalan, infrastruktur, dalam artian fasilitas yang menunjang kebutuhan wisatawan dan  pemberdayaan masyarakat di sekitar destinasi.   Keempat unsur tersebut didukung dengan unsur yang menentukan, yaitu promosi.
Kementerian LHK patut berbangga dengan ditetapkannya 3 taman nasional sebagai bagian dari 10 destinasi prioritas tujuan wisata di Indonesia, yaitu : Taman Nasional Komodo (Nusa Tenggara Timur), Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur) dan Taman Nasional Wakatobi (Sulawesi Tenggara). Tujuh destinasi prioritas lainnya adalah : Borobudur (Jawa Tengah) , Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Kepulauan Seribu (Jakarta), Toba (Sumatera Utara),  Tanjung Lesung (Banten), Morotai (Maluku Utara), dan Tanjung Klayang (Belitung).
Meskipun taman nasional mempunyai keunikan, namun keunikan tunggal saja tidak cukup. Untuk itu, perlu dikembangkan berbagai paket kegiatan sesuai dengan potensi yang ada di taman nasional. Sebagai contoh pada Taman Nasional Ujung Kulon, selain wisatawan dapat melihat Badak Jawa pada habitat aslinya, juga dikembangkan berbagai paket  wisata : hiking, camping, lomba foto, arung jeram, lintas alam, snorkeling dan sebagainya  baik yang sifatnya hanya sekedar rekreasi atau yang sifatnya perlombaan. Akan lebih menarik lagi jika ada sponsor yang akan memberi hadiah pada berbagai lomba yang diselenggarakan oleh taman nasional.
Dalam era teknologi informasi, website merupakan sarana promosi yang paling effektif dan efesien, karena dapat menjangkau calon wisatawan dimanapun mereka berada, baik wisatawan  nusantara maupun wisatawan mancanegara. Website  dibuat minimal dalam  dua bahasa (Indonesia dan Inggris). Website harus menarik disertai dengan foto – foto  dan video,   menggambarkan keindahan atau keunikan dari taman nasional yang dibuat oleh tenaga professional. Bilamana perlu pembuatan website nya dilakukan dengan cara dilombakan. Selain itu, website dilengkapi dengan fitur tentang paket wisata yang ditawarkan dan berbagai informasi : cara mencapai lokasi, penginapan, camping ground, cinderamata, besarnya biaya dan informasi lainnya. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah boleh Balai Taman Nasional (BTN) memungut biaya paket – paket wisata? Sebagai organisasi pemerintah, BTN tidak diperkenankan memungut biaya paket-paket wisata yang dikembangkan, mengingat pungutan ke taman nasional sudah diatur melalui Peraturan Pemerintah dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berupa karcis masuk ke taman nasional. Masalah ini dapat diatasi apabila organisasi taman nasional bekerjasama dengan pihak ketiga atau bertranformasi menjadi Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi  Taman Nasional (KPHK-TN) dengan menerapkan pola keuangan Badan Layanan Umum.
Untuk menjaring wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara lebih banyak,  Kementerian LHK sudah harus mulai merintis kerjasama dengan pengusaha  (misalnya pengusaha : alat-alat olah raga, kamera) yang bersedia memberikan sponsor  dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan taman nasional. Para sponsor diminta untuk memberikan hadiah pada paket-paket perlombaan (misalnya, lomba foto, arung jeram, lintas alam) seperti halnya pada lomba lari maraton, balap sepeda, dan sebagainya.
Untuk target  wisatawan nusantara , pihak pengelola perlu mengadakan kerjasama dengan sekolah (SMU), Pramuka, organisasi pecinta alam dan instansi swasta dalam program “pendidikan konservasi”, yang kegiatannya dapat berupa : hiking, camping, lomba foto, arung jeram atau kegiatan lainnya. Taman nasional juga harus menjalin kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi untuk meningkatkan penelitian di kawasannya.  Berbagai tema penelitian ditawarkan, yang akan memudahkan bagi mahasiswa untuk menentukan judul penelitian. Untuk target  wisatawan mancanegara  Kementeria LHK perlu kerjasama dengan Kedutaan Besar, Badan Promosi Wisata, Perusahaan Penerbangan.  Kementerian LHK harus menyediakan informasi yang menarik tentang taman nasional pada Kedutaan Besar. Demikian pula, berbagai artikel tentang keindahan dan keunikan taman nasional sebaiknya ada pada majalah penerbangan internasional. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah dengan mengundang wartawan dari berbagai Negara yang menjadi target market untuk berkunjung ke taman nasional, melihat dan mendokumentasikan berbagai keindahan dan keunikan taman nasional dan menuliskannya dalam artikel di negaranya masing-masing. Beberapa Negara yang mempunyai pendapat cukup tinggi dan mempunyai minat terhadap konservasi (Jepang, Eropa, Amerika) dapat dijadikan prioritas target market.
Sepuluh taman nasional yang telah menunjukan kinerja cukup baik dalam menjaring wisatawan baik mancanegara maupun nusantara sebaiknya mendapat prioritas dalam promosinya. Sebaliknya, sepuluh taman nasional yang kunjungan wisatawannya paling sedikit  perlu intropeksi diri. Berbagai pembenahan perlu dilakukan : transportasi atau akses jalan, infrastruktur, dalam artian fasilitas yang menunjang kebutuhan wisatawan dan  pemberdayaan masyarakat di sekitar destinasi, sebelum dilakukan kegiatan promosi.
PENUTUP
Ditjen KSDAE dan BTN telah  diberi mandat oleh Menteri LHK  untuk melakukan pengelolaan dan pengembangan pariwisata alam. Target wisatawan yang sangat tinggi berkunjung ke taman nasional tidak mungkin dikerjakan sendiri, kerjasama dengan berbagai para pihak mutlak diperlukan.  Selain hal tersebut, sudah saatnya Ditjen KSDAE memberikan wewenang lebih besar kepada BTN dengan cara bertransformasi menjadi KPHK-TN, yang akan memberi keleluasaan  dalam mengelola taman nasional.  Sebagai tahap awal, tranformasi kelembagaan dapat diprioritaskan pada BTN yang menjadi 10 besar dalam menjaring wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.
Kembali kepada pertanyaan awal, apakah target “AYO KE TAMAN NASIONAL” dapat direalisasikan ? Jawabannya berpulang pada Ditjen KSDAE apakah Ditjen KSDAE mempunyai  5 M (man money, method, materials, machines) yang  handal  dalam “MEMBUMIKAN AYO KE TAMAN NASIONAL sebagaimana diuraikan pada bagian depan atau masih BAU (business as usual)? Waktu akan membuktikan.
---------------------------------------------
Bambang Winarto *) :

Konsultan Paruh Waktu - Yayasan Sarana Wana Jaya ; Penyusun Kamus Rimbawan dan  Kamus Konservasi.

Tidak ada komentar: