“MEMBUMIKAN AYO
KE TAMAN NASIONAL”
Bambang Winarto *)
Pada hari Selasa, 15 Desember 2015 di Gedung Manggala Wanabakti Jakarta,
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencanangkan promosi taman nasional
dengan tema “Ayo Ke Taman Nasional”. Diambilnya tema tersebut diharapkan dapat menginspirasi publik
untuk mengenal lebih jauh potensi taman nasional di Indonesia sekaligus dapat
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke taman nasional. Dari kawasan
konservasi ini, ditargetkan kunjungan wisatawan minimal 1,5 juta wisatawan
mancanegara dan 20 juta wisatawan nusantara sampai dengan tahun 2019. Hal ini sejalan dengan Target
Pariwisata Nasional 2015-2019 yaitu meningkatkan kunjungan wisatawan
mancanegara mencapai 20 juta dan wisatawan nusantara mencapai 275 juta dalam 5
tahun. (SIARAN PERS Kementerian LHK Nomor : S. 810/PHM-1/2015). Apakah target
“Ayo Ke Taman Nasional”,dapat
dicapai ? Tulisan
ini mencoba memberikan masukan kepada Kementerian LHK khususnya Direktorat
Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE), bagaimana
mempromosikan taman nasional, sehingga “membumi “ bagi wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun nusantara.
MENENGOK JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN
DI TAMAN NASIONAL.
Dari Buku
Statistik Kehutanan (2014), diketahui bahwa jumlah kunjungan wisatawan
pada 50 taman
nasional tahun 2013 adalah 1.965.306
orang, terdiri dari wisatawan
nusantara 1.748.460 orang dan wisatawan mancanegara 216.846 orang, dengan penjelasan sebagai berikut :
1.
Kunjungan
wisatawan berupa : penelitian dan pengembangan,
pendidikan/ilmu pengetahuan, rekreasi, berkemah dan lain-lain. Kunjungan wisatawan rekreasi
paling banyak dibandingkan dengan kunjungan wisatawan lainnya.
2.
Kunjungan
wisatawan
terbanyak pada sepuluh taman nasional adalah : Bromo Tengger Semeru (545.648) Bantimurung Bulusaraung (328.190) Gunung Ciremai
(260.244) Gunung Gede Pangrango
(139.767) dan Alas Purwo (121.818), Gunung Merapi (100.965), Kelimutu (63.801), Gunung Rinjani
(63.801), Komodo (63.801) dan Gunung Halimun (50.860).
3.
Kunjungan
wisatawan
mancanegara terbanyak pada sepuluh taman nasional adalah : Komodo (54.147),
Bali Barat (35.009), Bromo Tengger Semeru (32.575), Gunung Rinjani (17.574),
Kutai (15.258), Gunung Leuser
(13.245), Bunaken (9.865) , Tanjung Putting
(8.439), Kelimutu (8.150) dan Bantimurung
Bulusaraung (3.210).
4.
Kunjungan
wisatawan
nusantara terbanyak pada sepuluh taman nasional adalah : Bromo Tengger Semeru (513.073), Bantimurung Bulusaraung (324.980), Gunung Ciremai
(260.244), Gunung Gede Pangrango
(138.865), Alas Purwo (118.844). Gunung Merapi (98.783), Gunung Halimun (50.591), Baluran (38.858) , Bunaken (36.173) dan Gunung Merbabu
(24.972).
5.
Kunjungan
wisatawan
yang paling sedikit pada sepuluh taman nasional adalah : Siberut Laiwangi (0),
Kepulauan Togean (0).Wanggameti (4), Aketajawe Lolobata (10) , Kayan Mentarang
(13), Lorentz (38), Betung Kerihun (91), Batang
Gadis (112), Sembilang (175) dan Wasur (255).
TARGET MARKET
Dalam hal daya tarik, keunikan taman nasional tidak perlu diragukan lagi.
Masing-masing taman nasional mempunyai keunikan sendiri. Taman Nasional Komodo,
dengan satwa endemik komodonya, Taman Nasional Ujung Kulon dengan satwa langka Badak
Jawa nya, Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung dengan kupu-kupunya, Taman
Nasional Kelimutu, dengan keindahan danau tiga warnanya : merah, biru, dan
putih, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan laut pasirnya dan
seterusnya. Namun keunikan tunggal saja
tidak cukup untuk menarik wisatawan.
Pengetahuan tentang kharakteristik taman nasional dan target market sangat penting bagi
pengelola, kedua hal tersebut akan menentukan strategi promosi. Secara umum
taman nasional mempunyai dua kharakteristik. Pertama, taman nasional mempunyai
keunikan atau “trade mark” dan yang
kedua lokasinya berada “di ujung dunia”.
Dengan memperhatikan kedua kharakteristik tersebut, maka target wisatawan ke
taman nasional dapat dirumuskan : mempunyai minat terhadap bidang konservasi (keindahan
alam, flora, fauna, ekosistem), senang berpetualangan, mempunyai waktu dan dana
yang cukup, mempunyai fisik yang cukup
kuat untuk berjalan. Pada target wisatawan nusantara yang
mempunyai potensi besar adalah : para
pelajar (SMU), mahasiswa , pemuda, pramuka dan karyawan dari instansi swasta,
sedangkan target wisatawan mancanegara adalah
Negara-negara yang mempunyai pendapat cukup tinggi dan mempunyai minat terhadap
konservasi .
Dengan target kunjungan minimal 1,5 juta dari wisatawan
mancanegara dan 20 juta wisatawan nusantara sampai dengan tahun 2019 atau rata
rata kunjungan wisatawan mancanegara dalam satu tahun = 375.000 orang dan
kunjungan wisatawan nusantara = 5.000.000 orang, maka Ditjen
KSDAE perlu kerja keras dan lebih cerdas, mengingat besarnya rata-rata target
peningkatan kunjungan wisatwan dalam satu tahun, yaitu:
(a) untuk
wisatawan mancanegara 3750.000 -
200.000 (dibulatkan dari 216.846)
= 175.000 orang atau peningkatan sebesar 87.5 %; sedangkan
(b) untuk
wisatawan nusantara 5.000.000 - 1.750.000 (dibulatkan dari 1.748.460
orang) = 3.250.000 orang atau sebesar 185%.
Tingginya target kunjungan wisatwan ke taman nasional kiranya perlu
didiskusikan lebih mendalam dengan para pihak, khususnya pengelola taman
nasional. Kepada masing-masing
pengelola taman nasional perlu diberi target jumlah kunjungan wisatawan
nusantara dan mancanegara setiap tahunnya,
sehingga akan diketahui kinerjanya.
BAGAIMANA MEMPROMOSIKAN TAMAN
NASIONAL ?
Terdapat empat unsur yang menjadikan suatu destinasi wisata menarik,
yaitu : daya tarik, transportasi atau akses jalan, infrastruktur, dalam artian
fasilitas yang menunjang kebutuhan wisatawan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar
destinasi. Keempat unsur tersebut
didukung dengan unsur yang menentukan, yaitu promosi.
Kementerian LHK patut berbangga dengan ditetapkannya 3 taman nasional
sebagai bagian dari 10 destinasi prioritas tujuan wisata di Indonesia, yaitu :
Taman Nasional Komodo (Nusa Tenggara Timur), Taman Nasional
Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur) dan Taman Nasional Wakatobi (Sulawesi
Tenggara). Tujuh destinasi prioritas lainnya adalah : Borobudur (Jawa Tengah) ,
Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Kepulauan Seribu (Jakarta), Toba (Sumatera
Utara), Tanjung Lesung (Banten), Morotai
(Maluku Utara), dan Tanjung Klayang (Belitung).
Meskipun taman nasional mempunyai keunikan, namun keunikan tunggal saja
tidak cukup. Untuk itu, perlu dikembangkan berbagai paket kegiatan sesuai
dengan potensi yang ada di taman nasional. Sebagai contoh pada Taman Nasional
Ujung Kulon, selain wisatawan dapat melihat Badak Jawa pada habitat aslinya,
juga dikembangkan berbagai paket wisata : hiking, camping, lomba foto, arung jeram,
lintas alam, snorkeling dan sebagainya baik
yang sifatnya hanya sekedar rekreasi atau yang sifatnya perlombaan. Akan lebih
menarik lagi jika ada sponsor yang akan memberi hadiah pada berbagai lomba yang
diselenggarakan oleh taman nasional.
Dalam era
teknologi informasi, website
merupakan sarana promosi yang paling effektif dan efesien, karena dapat menjangkau
calon wisatawan dimanapun mereka berada, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Website
dibuat minimal dalam dua bahasa
(Indonesia dan Inggris). Website harus
menarik disertai dengan foto – foto dan
video, menggambarkan keindahan atau keunikan dari
taman nasional yang dibuat oleh tenaga professional. Bilamana perlu pembuatan website nya dilakukan dengan cara
dilombakan. Selain itu, website
dilengkapi dengan fitur tentang paket wisata yang ditawarkan dan berbagai
informasi : cara mencapai lokasi, penginapan, camping ground, cinderamata, besarnya biaya dan informasi lainnya.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah boleh Balai Taman Nasional (BTN) memungut
biaya paket – paket wisata? Sebagai organisasi pemerintah, BTN tidak diperkenankan
memungut biaya paket-paket wisata yang dikembangkan, mengingat pungutan ke
taman nasional sudah diatur melalui Peraturan Pemerintah dalam bentuk Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berupa karcis masuk ke taman nasional. Masalah
ini dapat diatasi apabila organisasi taman nasional bekerjasama dengan pihak
ketiga atau bertranformasi menjadi Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi Taman Nasional (KPHK-TN) dengan menerapkan
pola keuangan Badan Layanan Umum.
Untuk menjaring wisatawan
nusantara dan wisatawan mancanegara lebih banyak, Kementerian LHK sudah harus mulai merintis kerjasama
dengan pengusaha (misalnya pengusaha :
alat-alat olah raga, kamera) yang bersedia memberikan sponsor dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan
taman nasional. Para sponsor diminta untuk memberikan hadiah pada paket-paket
perlombaan (misalnya, lomba foto, arung jeram, lintas alam) seperti halnya pada lomba
lari maraton, balap sepeda, dan sebagainya.
Untuk target wisatawan nusantara , pihak pengelola perlu mengadakan kerjasama
dengan sekolah (SMU), Pramuka, organisasi pecinta alam dan instansi swasta
dalam program “pendidikan konservasi”, yang kegiatannya dapat berupa : hiking, camping, lomba foto, arung jeram
atau kegiatan lainnya. Taman nasional juga harus menjalin kerjasama dengan
berbagai perguruan tinggi untuk meningkatkan penelitian di kawasannya. Berbagai tema penelitian ditawarkan, yang akan
memudahkan bagi mahasiswa untuk menentukan judul penelitian. Untuk target wisatawan mancanegara
Kementeria LHK perlu kerjasama dengan Kedutaan Besar, Badan Promosi
Wisata, Perusahaan Penerbangan. Kementerian
LHK harus menyediakan informasi yang menarik tentang taman nasional pada
Kedutaan Besar. Demikian pula, berbagai artikel tentang keindahan dan keunikan
taman nasional sebaiknya ada pada majalah penerbangan internasional. Hal lain
yang perlu dipertimbangkan adalah dengan mengundang wartawan dari berbagai
Negara yang menjadi target market
untuk berkunjung ke taman nasional, melihat dan mendokumentasikan berbagai
keindahan dan keunikan taman nasional dan menuliskannya dalam artikel di
negaranya masing-masing. Beberapa Negara yang mempunyai pendapat cukup tinggi
dan mempunyai minat terhadap konservasi (Jepang, Eropa, Amerika) dapat
dijadikan prioritas target market.
Sepuluh taman nasional yang telah menunjukan kinerja cukup baik dalam
menjaring wisatawan baik mancanegara maupun nusantara sebaiknya mendapat
prioritas dalam promosinya. Sebaliknya, sepuluh taman nasional yang kunjungan wisatawannya paling
sedikit perlu intropeksi diri. Berbagai
pembenahan perlu dilakukan : transportasi atau akses jalan,
infrastruktur, dalam artian fasilitas yang menunjang kebutuhan wisatawan
dan pemberdayaan masyarakat di sekitar
destinasi, sebelum dilakukan kegiatan promosi.
PENUTUP
Ditjen KSDAE dan BTN telah diberi mandat
oleh Menteri LHK untuk melakukan
pengelolaan dan pengembangan pariwisata alam. Target wisatawan yang sangat
tinggi berkunjung ke taman nasional tidak mungkin dikerjakan sendiri, kerjasama
dengan berbagai para pihak mutlak diperlukan. Selain hal tersebut, sudah saatnya Ditjen KSDAE memberikan wewenang
lebih besar kepada BTN dengan cara bertransformasi menjadi KPHK-TN, yang akan
memberi keleluasaan dalam mengelola
taman nasional. Sebagai tahap awal,
tranformasi kelembagaan dapat diprioritaskan pada BTN yang menjadi 10 besar
dalam menjaring wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan
nusantara.
Kembali kepada pertanyaan
awal, apakah target “AYO
KE TAMAN NASIONAL” dapat
direalisasikan ? Jawabannya berpulang pada Ditjen KSDAE apakah Ditjen
KSDAE mempunyai 5 M (man money, method, materials, machines) yang handal dalam “MEMBUMIKAN AYO KE TAMAN NASIONAL sebagaimana
diuraikan pada bagian depan atau masih BAU (business
as usual)? Waktu akan membuktikan.
---------------------------------------------
Bambang Winarto *) :
Konsultan
Paruh Waktu - Yayasan Sarana Wana Jaya ; Penyusun Kamus Rimbawan dan Kamus Konservasi.