NAIK KERETA KE MBANDUNGAN
Kenangan Pertama Reuni
di MBandungan
Naik kereta api, tut...., tut...., tut.... Siapa
hendak turut......, ke mBandungan .......
Menurut kakak kakak Ku, suara dari kereta api bukan tut...., tut...., tut..., tetapi “ ojo jajan, ojo jajan, ojo jajan ”. He...,
he..., he...., supaya anak anak tidak jajan di luar rumah. Ya...., kenangan
masa kecil yang indah.
Ada beberapa kenangan selama reuni di mBandungan , Naik
Kereta Ke mBandungan , merupakan
salah satu diantaranya.
---------------------------------------
Satu bulan sebelum acara dimulai Aku mendapat telpon
dari seseorang................
“ Win Aku Sopo hayo....”. Kata di telepon.
We lha dalah, panggil Aku dengan sebutan Win, itu
pasti temen dekat. Ngajak bedekan lagi. Tapi siapa ya...? karena di nomor HP Ku
tidak muncul nama. Aku coba ingat ingat suaranya, tapi ya..., nggak ketemu.
Akhirnya Aku tanya secara formal.
“ Mohon maaf ..., dengan siapa ya...?’” Tanya Ku.
“ Ha...., ha..., ha...., lha koq suara ne lemes tenan
to Win?” Katanya.
We lha dalah, Aku tetep tidak tahu. Tapi Aku yakin
pasti teman karib. Bener juga.
“Win..., Aku Mulyono.” Katanya.
Lha..., tenan to...., karena yang panggil Aku dengan
sebutan Win itu jarang, hanya orang orang tertentu saja. Biasanya teman teman memanggil
Ku : Mbang, atau Mbang Win.
“Piye Win, budal to.. Nduwur po ngisor.?” Tanya nya.
“Yo..., budal, nanging budal soko ngisor wae, nduwur
wis ora kuat.” Kataku
“Terus kereta apa?, bareng piye? Aku arep naik nganggo
kereta yang jam pitu an.” Kata Mulyono.
“ Lha yen kereta jam pitu an, terus soko Bogor jam
piro? Terlalu pagi. Aku mau naik yang jam 09.30 an.”Kata Ku.
“ Win, kalau lansia dapat diskon 20%, lumayan, hanya menyerahkan
copy KTP, tapi belinya harus di stasiun.” Kata Mulyono.
“ Terima kasih infonya.” Kata Ku.
Sebagai lansia, yang menurut Mulyono bahasa kerenya “citizen senior”, perjalanan harus
direncanakan sejak jauh hari. Sebelum membeli tiket, Aku buka situs resmi KAI
(Kereta Api Indonesia). Dalam situs tersebut dicantumkan perjalanan dari
Jakarta ke Semarang dan sebaliknya berikut harganya. Dengan mempertimbankan
berbagai hal, maka Aku putuskan untuk berangkat hari Sabtu tanggal 30 Maret
2019 dan pulang Senin tanggal 1 April
2019 dengan kereta api Agro Bromo Anggrek. Membeli tiket satu
bulan sebelumnya ada untungnya, Aku bisa memilih gerbong dan nomor duduknya. Aku
pilih gerbong nomor 3 dengan tempat duduk nomor 3A baik pergi maupun pulangnya.
Tiket seharusnya Rp. 375.000,- sekali jalan menjadi Rp. 300.000,-. Lumayan
dapat diskon 20% atau Rp. 75.000,- sekali jalan. Berangkat dari Jakarta
(Gambir) hari Sabtu tanggal 30 Maret 2019 jam 09.30 dan pulang hari Senin tanggal 1 April 2019 jam 11.30. Minggu mau
nyekar Bapak dan Ibu, nginep di Adik Ku Kendal.
---------------------------------------
Menungu satu bulan rasanya lama banget. Namun, ada
baiknya. Selama itu, WA ANK 71, WA Jabodetabek dan WA Panitia Reuni ramai membicarakan acara di mBandungan. Tempat
yang akan dijadikan acara adalah Green Vally Resort yang sebelumnya
di Hotel Rawapening. Menurut mbak Nunuk Hotel Rawapening tidak mampu lagi
menampung peserta alumni yang bertambah terus. Luaaar biasa.
Satu hari sebelum tanggal 30 Maret 2019, Aku beli oleh
oleh. Satu dos untuk teman teman reuni di mBandungan dan
satu dos untuk keluarga di Kendal. Jadi barang yang Aku bawa ada 3 : satu
ransel yang berisi pakaian dan 2 dos yang berisi oleh oleh. Untuk oleh oleh di mBandungan,
sesuai permintaan temen temen, Aku diminta membawa roti Unyil, Tales Goreng dan
Kacang Bogor.
---------------------------------------
Tibalah hari yang dinanti, Sabtu 30 Maret 2019.
Aku membayangkan perjalanan dari Bogor ke mBandungan. Ada
beberapa titik yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu stasiun Gondangdia, Gambir, dan Tawang. Dari
ketiga stasiun tersebut stasiun Gondangdia merupakan titik yang paling krusial,
karena dengan barang bawaannya Aku harus
berjalan menuju pangkalan ojek atau bajaj. Sebenarnya tidak jauh, tapi ya itu,
dengan rangsel di punggung dan tangan kanan dan tangan kirinya membawa barang.
Selesai sholat Subuh, doa Ku sangat sederhana :
“Ya...., Allah mudahkanlah dan lancarkanlah perjalanan Ku ke mBandungan untuk
bertemu dengan teman teman alumni SMA N Kendal 1971.”
Jam 06.30 Aku berangkat dengan diantar istri Ku ke
Stasiun Bogor. Dengan usia yang semakin senja membawa ransel di punggung, 1 dos
di tangan kiri dan 1 dos di tangan kanan memang agak repot. Mulyono pernah bercerita
kala reuni di Muntilan tempatnya Djoko Wahyono (almarhum) : “ Win kalau orang
tua seperti kita bawaannya hanya satu saja”. Nasehat itu Aku ingat betul, tapi membawa oleh
oleh merupakan kebahagiaan sendiri.
Stasiun yang akan dilalui Kereta Rel Listrik (KRL)
dari Bogor ke Jakarta (Gambir) cukup banyak, yaitu 25 stasiun : Bogor, Cilebut,
Bojonggede, Citayam, Depok, Depok Baru, Pondok Cina, Universitas Indonesia,
Universitas Pancasila, Lenteng Agung, Tanjung Barat, Pasar Minggu, Pasar Minggu
Baru, Duren Kalibata, Cawang, Tebet, Manggarai, Cikini, Gondangdia, Gambir,
Juanda, Sawah Besar, Mangga Besar, Jayakarta, Jakarta Kota.
Untuk itulah sebelum naik KRL, Aku catat route nya :
Naik KRL jurusan Jakarta Kota, TURUN DI
STASIUN GONDANGDIA yang merupakan sebelum
stasiun Gambir. KRL Bogor-Jakarta Kota tidak boleh berhenti meski melalui
Stasiun Gambir. Hal ini dapat dimengerti mengingat Stasiun Gambir merupakan
stasiun pemberangkatan atau penurunan penumpang kereta api jarak jauh. Bisa
dibayangkan seandainya KRL berhenti di stasiun Gambir tentu sangat padat sekali
orangnya.
Naik KRL dari Bogor itu mudah, pasti dapat tempat
duduk. Numun turunnya bisa menjadi masalah, karena setiap KRL berhenti banyak
penumpang yang naik. Sampai stasiun Cikini sebelum stasiun Gondangdia, Aku
sudah mulai menurunkan 3 barang yang Aku bawa dengan menaruh dekat pintu
keluar. Maklum kereta hanya berhenti beberapa menit. Sampai Gondangdia, Aku
keluar dengan membawa Ransel di punggung dan oleh oleh di kiri dan kanan
tangan. Baru saja oleh oleh Aku angkat, ada penumpang yang turun di Gondangdia
menghampiriku.
“Bapak, saya bawakan satu dos nya” Katanya. Aku
serahkan barang tersebut. “Bapak mau mudik ya....”. Katanya lagi.
“Ya..., mau ke Semarang.” Jawab Ku. “Kalau ke Gambir
naik apa ya...?” Tanya Ku.
“Bisa naik ojek, bisa naik Bajaj. Tapi lebih baik naik
Bajaj saja, karena Bapak membawa 3 barang.” Kata nya.
Aku di antar naik Bajaj. Bahkan untuk ongkosnya bapak
tadi yang menawar. Gondangdia – Gambir, Rp. 15.000,-
Sungguh Aku sangat berterima kasih kepada Bapak yang
Aku tidak tahu namanya. Meski kelihatannya sangat sederhana, hanya berjalan
menuruni tangga (stasiun berada di atas), tapi bagi Ku sungguh sangat berterima
kasih, karena Stasiun Gondangdia merupakan titik krusial bagi Ku. Apakah Bapak
tersebut yang disebut “malaikat”? Semoga Bapak tersebut diberi kemudahan dalam
segala hal. “Ya....Allah, Engkau telah
kabulkan permintaan Ku.” Kata Ku dalam hati.
Sampai di stasiun Gambir sekitar jam 08.30, tapi sudah
banyak penumpang yang telah antri untuk masuk ke ruang tunggu. Melihat
penumpang yang demikian banyak, Aku agak bingung juga. Aku segera panggil porter untuk membantu membawakan barang
bawaan dan mengurus tiket.
“ Bapak naik kereta apa?” Tanya porter.
“ Agro Bromo Anggrek.” Jawab Ku.
“ Mana tiketnya” Kata porter.
Aku serahkan tiket yang diminta.
“ Bapak tunggu di sini saja, setelah dapat boarding pass , nanti kita masuk ke
ruang tunggu sama sama.” Katanya.
Aku hanya menurut saja. Aku menyadari dalam usia yang
sudah menginjak 65 tahun, kemampuan untuk mengurus diri sendiri sudah semakin
menurun. Bantuan dari orang lain sangat diperlukan. Aku sangat berterima kasih
kepada porter yang telah membantu membawakan barang bawaan Ku sampai di kereta.
Tepat Jam 09.30 kereta Agro Bromo Anggrek berangkat
dengan tujuan akhir Surabaya, dengan kota pemberhentian : Jatinegara, Cirebon,
Pekalongan, SEMARANG. Tidak ada yang
istimewa dalam perjalanannya.
Tepat jam 15.00, kereta Agro Bromo Anggrek sampai di
stasiun Tawang Semarang. Driver dengan mobil Mobillo sudah menunggu, demikian
pula Tuti dan Nurul. Selesai Sholat Ashar, perjalanan dilanjutkan menuju mBandungan.
Kali ini dengan minibus bersama Tuti dan Nurul. Sepanjang perjalanan ngobrol
tentang masa sekolah, keluarga, temen temen dan sebagainya.
---------------------------------------
Cerita di atas merupakan sekelumit salah satu kenangan
menuju reuni akbar SMA N KENDAL 1971. Pelajaran yang dapat Aku ambil adalah :
Pertama, jika kita mempunyai kemauan yang kuat disertai doa, pasti dikabulkan
Allah SWT. Kedua, kita semakin tua,
perlu perencanaan matang dalam perjalanan. Ketiga, kita semakin memerlukan
“bantuan” dari orang lain.
Cerita yang sangat biasa, tapi bagi Ku ada yang sangat
menyentuh, adanya “malaikat” yang mempermudah perjalanan Ku.
--------------------- *****---------------------
1 komentar:
Dengan ridho Allah SWT perjalanan ke Bandungan diberi kemudahan dan kelancaran.
Allah SWT akan menambah kenikmatan kepada orang2 yang pandai mensyukuri nikmatNya.
Ditunggu episode berikutnya.
Posting Komentar