REUNI SMA N KENDAL DI LIK UT
Entah, Aku tidak tahu, reuni Angkatan
1971 SMA Negeri Kendal hari Minggu, 31 Juli 2016 itu, merupakan reuni yang ke
berapa. Reuni diadakah dirumahnya Lik Ut
yang beralamat di Plongkowati 37 Purin Kendal. Lik Ut adalah nama panggilan
Bambang Utono sekarang. Memang pengurus Alumni
dengan Ketua Suku nya Mbak Nunuk, secara rutin menyelenggarakan reuni setiap 6
(enam) bulan sekali. Hanya saja, Aku tidak dapat menghadiri reuni secara rutin.
Aku sudah 4 (empat) kali menghadiri reuni. Pertama, reuni yang Aku hadiri
sekaligus juga sebagai “panitia” adalah yang diselenggarakan di Jakarta-Bogor tanggal
25-26 Juni tahun 2011. Menurut ku, reuni tersebut merupakan reuni akbar, reuni
terbesar yang pernah di selenggarakan. (Mulyono dan Tejo nanti akan bercerita).
Kedua, reuni yang diselenggarakan di Joko Wahoyono, (tanggal, bulan dan tahun
Aku sudah lupa) Yogya (Harry dan Joko nanti akan bercerita). Ketiga, reuni yang
diselenggarakan di Tirto Arum Kendal (tanggal, bulan dan tahun Aku sudah lupa, Siapa
yang akan bercerita?). Dan yang ke 4 (empat) diselenggarakan di Lik Ut.
Bambang Utono yang Aku kenal semasa
SMA adalah anaknya Kepala Desa Podosari Cepiring. Di SMA,
Bambang Utono mengambil jurusan Sosial ketika naik ke kelas 2. Anaknya alim,
pakaiannya rapi. Kala kelas 2 dan kelas
3, Bambang Utono pacaran sama Soepijati, jurusan Sosial juga. Soepijati juga
anak Kepala Desa/ Lurah Balok. Menurut Bambang Utono, Soepijati gadis yang
cantik. Kulitnya putih dan matanya
besar. Ciri khasnya Soepijati adalah
rambutnya ikal. Bahasanya Nurul, rambutnya Pijati kiwil-kiwil. Ciri lainnya
adalah kegemarannya memakai
anting-anting besar di telinganya. Pijati
juga pandai menari tarian tradisional. Ketika itu tahun 1971, tepatnya bulan
Oktober, SMA N KENDAL merayakan hari
jadi nya yang ke sepuluh. Acaranya cukup meriah dan salah satu acaranya adalah
menampilkan tarian tradisional, dimana Pijati
sebagai penarinya dan Nurul salah satu pemukul gamelan. (Nurul dan teman teman
lainnya silahkan di buka memorinya). Jadi,
ya…, cocok. Sama-sama anak Kepala Desa/ Lurah. Sepertinya, kenangan
indah dengan Soepijati masih membekas di benaknya Lik Ut, karena dari WA yang Aku
ikuti sampai detik-detik terakhir pelaksanaan reuni, kedatangan Sopijati masih
dinantikan. Sayangnya, Soepijati tidak hadir.
Memori lain yang ada di kepala ku
tentang Bambang Utono, adalah ketika Bambang Utono membawa mobil sedan warna
putih ke sekolah, padahal semua siswa hanya jalan kaki atau naik sepeda. Untuk
menunjukkan ketidaksetujuannya mobil tersebut di dorong ke kebun pisang di
belakang sekolah. Setelah lulus dari SMA N Kendal, Aku tidak tau lagi
perkembangan Bambang Utono. Hanya di reuni ke tiga, Aku memperoleh informasi dari
Yulianto, kalau Lit Ut menjabat sebagai guru SMK di Kabupaten Kendal setelah
menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Memang
Lit Ut cocok jadi guru. Wajah dan
penampilannya menunjukkan seorang pendidik, wajah Umar Bakrie. Bahkan setelah pensiun, Lit Ut mendirikan
sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan. Ruar…. biasa…..
Satu bulan sebelum acara reuni, Mbak
Nunuk sebagai Ketua Suku, telah mengumumkan
melalui WA tentang reuni tersebut. Di
dalam pengumuman tersebut juga disampaikan adanya iuran wajib bagi alumnus sebesar Rp. 10. 000,-
per bulan yang di bayar 6 (enam) bulan sekali. Ternyata, Aku salah baca di WA, pikir ku Rp. 60.000,-
sebulan, Aku bayar sekaligus satu tahun, jadi berapa tuh… 12 x Rp. 60.000,- = Rp.
720.000,-. Ya…., maklum …., tanda-tanda ketuaan sudah melekat pada diriku,
salah baca.
Dua minggu sebelumnya, di WA juga,
ramai dibicarakan mengenai makanan kenangan masa lalu yang perlu disiapkan oleh
Lik Ut. Ada ketak, ada plonyo, ada lele bakar, ada…., pokoknya banyak banget.
Sepertinya Lik Ut juga tidak keberatan dengan keinginan teman-teman. Lik Ut
ingin berbuat terbaik dalam melayani teman-teman. Semua usulan makanan di
tampung dan akan disediakan pada saatnya
nanti. Kelihatannya teman-teman rindu dengan berbagai makanan masa SMA dulu
yang tidak dijumpai di daerahnya masing-masing.
Segera setelah mendengar pengumuman
dari Mbak Nunuk, Aku kontak Mulyono dan Tejo tentang reuni tersebut, dan
Alhamdulillah…., kedua sahabatku itu juga akan hadir. Rasanya kurang berkesan
jika reuni hanya di hadiri sedikit alumnus. Rencana kehadiran Mulyono dan Tejo,
membuat Aku semangat. Aku cari informasi harga tiket murah ke Semarang. Apakah
naik kereta api atau pesawat terbang.
Setelah searching di internet, Aku
mengetahui ternyata kereta api tidak mengenal tiket murah, tidak seperti halnya
pesawat terbang. Pesawat terbang pun yang menjual tiket murah hanya beberapa
maskapai dan yang paling murah adalah pesawat Lion. Aku sadar bahwa Lion sering terlambat. Namun, bagi ku, terlambat
satu atau dua jam tidak masalah. Maklum
sudah pensiun. Segera Aku putuskan untuk naik Lion, karena kalau beli tiket berdekatan
dengan hari H nya, harga tiket menjadi lebih mahal. Bayangkan harga tiket pesawat Lion hampir sama
dengan harga tiket kereta api. Untuk memudahkan perjalanan Aku beli tiket pergi
pulang. Pergi hari Sabtu, 30 Juli 2016
jam 13.00 dan pulang , Minggu, 31 Juli 2016 dengan pesawat yang sama jam 17.00.
Aku sungguh kagum dengan kemajuan di bidang teknologi informasi. Pesan tiket
cukup dilakukan melalui internet di rumah. Beli tiket via ATM yang tidak jauh
dari rumah. Tinggal transfer, dan… tidak berapa lama tiket sudah diperoleh via
email. Tiket tidak perlu di print,
cukup ditunjukkan via smart phone .
Luar biasa, bukan?
Pada hari keberangkatan, Sabtu 30 Juli 2016, jam 08.00, Aku sudah berangkat
menuju terminal Damri di Baranangsiang, terminal khusus bis Damri yang akan
menuju ke Bandara Udara. Di terminal Aku beli roti uyil dan kue tales Bogor,
untuk kakak dan adik ku yang berada di Kendal, teman-teman alumni dan Tuti.
Memang Tuti pesan roti uyil dan kue tales Bogor. Bis Damri ke Bandara Udara
bagus-bagus. Tarifnya relatih murah, hanya Rp. 51.000,-. Perjalanan Bogor –
Bandara Soekarno Hatta cukup lancar, karena melalui jalan tol (mengapa disebut
jalan tol? Bukan jalan til?), hanya
memerlukan waktu sekitar 1.5 jam saja. Bandara udara sekarang tentu beda jauh
dengan bandara tahun 1970 an. Bandar udara sudah seperti terminal bis. Penuh
dengan penumpang. Naik pesawat udara sudah merupakan hal biasa bukan mewah
lagi. “Everyone Can Fly " ,
begitu slogan Air Asia. Dengan ramainya issue teroris, pengamanan semakin
ketat. Untuk masuk ke ruang tunggu saja semua barang bawaan di periksa, ikat
pinggang di lepas, seluruh isi kantong harus dikeluarkan, harus melalui X
Ray Baggage Scanner. Bahkan topi pun
haarus di lepas. Sangat ketat sekali.
Perjalanan Bogor – Kendal, cukup
lancar. Di Semarang Aku dijemput Adik ku. Malamnya, Aku telpon Yulianto untuk
datang ke rumah Adik ku. Setiap Aku ke
Kendal, Yulianto selalu aku telpon untuk menemani ngobrol dan jalan-jalan. Ya…,
ngobrol tentang masa lalu, teman-teman yang ada di Kendal. Aku diajak Yulianto
jalan-jalan melihat Kendal di waktu malam. Sampai sekarang rupanya di Kendal tidak
ada tempat untuk sekedar nongkrong untuk ngobrol sambil makan dan minum.
Hari Minggunya, jam 08.30, Aku sudah
berada di Perumda untuk menengok Kakak ku. Rumahnya persis disebelah SMA Negeri I Kendal. Aku menunggu
Yulianto untuk di jemput. Jam 10.00 Yulianto menjemputku bersama Mbak Nina dan
Budi Yuwono. Bukannya langsung ke Lik UT, tetapi menjemput Ibu Supantin
terlebih dahulu. Rumahnya Ibu Supantin tidak terlalu jauh dari Purin, di Desa
Purwosari Kecamatan Patebon. Setelah melewati jembatan Kali Bodri , balik lagi
melewati jembatan Kali Bodri lama, kemudian belok kiri. Rumahnya cukup besar,
apalagi halamannya. Aku yang jemput dari rumahnya, menunggu sebentar, tidak
berapa lama beliau sudah siap berangkat ke pertemuan alumni.
Ketika sampai di rumah Lit Ut, sudah
cukup banyak teman-teman yang hadir. Aku salami satu persatu yang hadir.
Beberapa teman yang cukup dekat Aku peluk. Menurut ku, yang hadir dalam reuni
di Lit Ut lumayan banyak, sekitar 30 an, sekitar 30% dari jumlah alumnus 71,
yang jumlahnya mencapai 112 orang. Aku mulai dari teman teman perempuan : Mbak Nunuk, Mbak Nina, Tyastuti, Haryuti,
Retno Muninggar, Yuniarti, Umi Kholsum, Nurul, Melani, Rubiyatun, Hermin, Pristiwati,
sedangkan teman teman laki-laki adalah : Mulyono, Tejo, Kusyono, Joko Wahyono,
Harry, Yoyok, Nardi, Slamet, Mohsoum, Matrodi, Edy Prapto, Yulianto, Budi
Yuwono, Pramono, Ikhsan, Eko Rahono, Edy Sus, Raharjo, Sudiyo, Rinenggo, Rahman,
Basuki, Maturi dan Lit Ut (tuan rumah),
yang lainnya Aku lupa namanya, meski ingat wajahnya. Ada beberapa teman “baru”
yang Aku jumpai setelah lebih dari 43
tahun tidak ketemu : Mohsoum, Nardi (cumplung,), Slamet Wicaksono dan Edi Sus. (Mohon
info nomor telpon Edi Sus). Aku masih mengenal mereka dan mereka pun masih
mengenal ku. Sebenarnya Aku kecewa berat dengan Itung. Dalam WA, Itung selalu
janji akan hadir, ternyata pada hari H nya, tidak dapat hadir. Tapi ya…,
gimana, mungkin ada acara yang lebih penting. Dalam WA, Itung juga janji akan
membawa lanting. Aku tidak tau apa lanting itu. Yang jelas makanan. Beberapa teman membawa mantan pacarnya seperti
Tejo dan Retno Muninggar. Aku tidak tau mantan pacar yang keberapa, yang jelas
merupakan mantan pacar yang terakhir. (Hallo Tejo, hallo Retno, cerita dong
tentang mantan pacarnya). Menurut Retno, Basuki, Sudiyo, Maturi dan Eko Rahono
juga datang bersama mantan pacarnya.
Gambar : Ketua Suku dan Sekretaris
Sementara bapak dan ibu guru yang
hadir adalah : Bapak Suyono, Mochtomi, Mahyudi, dan Ibu Supantin serta bapak
Jayus pegawai tata usaha. Beliau selalu hadir setiap kali diundang acara
alumni. Aku sungguh kagum kebugaran dan kesehatan beliau. Paling tidak usianya
di atas 75 (tujuh puluh lima) tahun. Beliau beliau awet tua, sementara alumnus
71 cepat tua. Tidak bisa dibedakan lagi mana guru mana murid. Sama sama tua nya.
Seperti biasanya, acara formal dimulai
dengan sambutan dari Ketua Suku,
sambutan tuan rumah dilanjutkan dengan pemberian cindera mata kepada
bapak/ibu guru dan foto bersama. Namun, Aku tidak yakin apakah teman teman
mendengarkan apa yang disampaikan Ketua Suku dan tuan rumah. Maklum mereka asik
sendiri ngobrol dengan teman teman lamanya.
Aku perhatikan teman-teman. Alangkah
bahagianya. Duduk bersama sambil makan cemilan,
ngobrol masa lalu, masa ketika masih duduk bersama di SMA. Juga obrolan tentang
kesehatan, tentang cucu, tentang anak. Edy
Prapto yang dulu mengalami stroke dan bicaranya agak cadel sudah semakin baik perkembangannya.
Budi Yuwono kena stroke ringan, jalannya pelan sekali, tidak dapat berjalan secara
normal. Matrodi yang 2-3 bulan lalu
dioperasi jantungnya, nampaknya sudah mulai sembuh. Demikian pula Rahman sudah
sembuh dari penyakit paru paru nya. Alumnus, dengan kehadirannya di kala mereka
sakit menurut ku mempercepat kesembuhan
mereka.
Gambar 2. Lit
Ut didampingi istrinya sedang memberikan sambutan.
Seperti janjinya di WA, Lit Ut memang
menyediakan makanan sesuai permintaan teman-teman. Untuk cemilan Aku sangat
menikmati. Berbagai makanan dari ketan disediakan. Nikmat sekali. Namun untuk
lauk makannya, jadi problem bagiku. Semuanya pedas pedas. Perut ku sudah tidak
dapat menerima cabai. (Dokter Nurul, apa obatnya?). Ketika sedang makan siang,
Yoyok menghampiriku. Aku tarik kursi disebelahku untuk Yoyok. “ Ayo , makan
bareng .” Kataku. “Wa…ah iwak e pedes tenan .” Kataku melanjutkan. “Piye mbang,
pedes, …, ganti wae.” Kata Yoyok. Itulah perjumpaan terakhir dan kata
terkahir dari Yoyok. (Yoyok meninggal dunia 9 hari setelah acara reuni di Lik
Ut, tepatnya hari Selasa 9 Agustus
2016). Aku memilih untuk tidak makan siang. Bagiku cemilan yang disediakan
sudah cukup untuk mengurangi rasa laparku.
Aku sadar sepenuhnya bahwa Aku sudah
mulai pelupa. Tetapi pelupa Tejo lebih parah lagi. Ketika itu Nurul menghampiri
Tejo, sambil berkata.” Om Ted, hayo…, Aku sopo?” Kata Nurul. Tejo diam saja,
wajahnya menunjukkan kebingungan. Sambil
menari nari di hadapan Tejo, Nurul
menggodanya. “Kalau sekolah setiap hari Aku lewat rumahnya Om Ted.” Kembali
Nurul berkata memberikan informasi bahwa rumahnya tidak jauh dari rumah Tejo.
Tetapi, ya…. Itu, namanya lupa ya…., lupa. Padahal pertemuan di Jakarta 2011,
Nurul hadir. Kelupaan Tejo lainnya lebih
parah lagi. Ketika itu, Aku Yulianto, Edy Sus dan Tejo lagi ngobrol bersama. Aku
pikir Tejo sudah mengetahui tentang Edy
Sus. Ternyata belum. Kemudian Tejo bertanya kepada Yulianto. “Yul,…iku sopo?”
Katanya pelan. “ Lho…., iku kan Edy Sus, putranya kepada TU SMA.” Kata
Yulianto. Tejo segera melompat dari tempat duduk dan dipeluknya Edy Sus. Luar
biasa pelupanya. Kalau Tejo lupa sama Matrodi atau teman teman dari jurusan
Sosial atau Budaya, Aku dapat memaklumi. Tetapi…., Edy Sus itu kan termasuk
teman karib, hari harinya bermain di rumahnya Tejo saat di SMA. Aku sendiri
dapat mengenali Edy Sus dari tatapan matanya. Ya…, mata bagiku adalah kunci
pengenalan terhadap teman. Jadi kalau Tejo rajin WA sama mbak Itung, mbak Yuni atau
mbak mbak yang lain belum tentu Tejo akan mengenali mbak mbak sekalian jika
bertemu.
Gambar : Alumnus SMA N
KENDAL
Waktu dari jam 10.00 sampai dengan
jam 14.00 rasanya cepat sekali berputarnya. Perjumpaan yang hanya sekitar 4
(empat) jam rasanya masih kurang. Masih banyak di obrolkan. Namun, yang memang
itu ketentuannya, jam 14.00, acara akan diakhiri. Sekitar jam 13.30,
teman-teman sudah mulai ada yang pamit. Pengurus membagikan oleh oleh untuk
bagi alumni. Aku juga memperolehnya, isinya macam-macam : bandeng lunak,
kerupuk Kendal, krai, dan lain lain. Bahkan Aku memperoleh tambahan oleh-oleh
lanting dari langsung dari Ketua Suku. Menurut Ketua Suku, wajah ku menunjukkan
wajah berseri, “sumringah” bahasanya
Ketua Suku. Sepertinya Ketua Suku sama Retno sudah diskusi siapa yang
akan di beri oleh oleh lanting. Menurut Retno, Aku sudah kangen banget sama
lanting dan sekaligus untuk mengurangi kecewa barat ku, karena ketidakhadiran
Itung. Terima kasih ketua, terima kasih Retno dan juga terima kasih Itung atas
lantingnya.
Reuni berikutnya akan diselenggarakan
di Yoyakarta pada bulan Desember 2016. Tuan rumahnya adalah Harry, Joko Wahyono
dan Melani. Ini artinya, Yogya akan menjadi tuan rumah untuk yang kedua
kalinya. Lantas, Jakarta dan Bogor kapan
menjadi tuan rumah lagi. Jawabannya sepenuhnya bergantung sama Mulyono dan
Tejo. Aku akan setuju setuju saja.
Jam 14.00, Aku pamit, karena jadwal
pesawat Lion jam 17.00. Aku harus beres beres terlebih dahulu dan akan membeli
oleh oleh untuk keluarga ku berupa bandeng asap. Di Bandara Akhmad Yani Semarang
ramai sekali dengan banyaknya penunpang dan pengantar. Untuk masuk bandara saja
sudah antri. Demikian pula di ruang
tunggu bandara. Banyak penumpang harus berdiri karena tidak muatnya kapasitas
ruang tunggunya. Pada saat lapor, pegawai Lion sudah memberi tahu bahwa pesawat
Lion mengalami keterlambatan. Ya…., tidak apa apa, yang penting sampai. Tejo
memberi predikat LION = late is our nature.
Waktu tunggu Aku gunakan untuk makan
sore. Aku pilih menu rawon panas komplit, tidak pakai cabai. Makan nasi plus
rawon panas pada saat perut lapar dengan minuman air jeruk hangat. Waaaa…ah,
nikmat sekali. Pada saat makan sore, Aku lihat Tejo bersama mantan pancarnya.
Selang agak berapa lama Mulyono menyusul. Aku dan Tejo satu pesawat sedangkan
Mulyono penerbangan Lion berikutnya. Setelah menunggu sekitar tiga jam dari
jadwal semula, akhirnya pesawat Lion berangkat jam 08.00. Perjalanan dari
Bandara ke Bogor cukup lancar dengan menggunakan bis Damri. Sampai rumah
sekitar jam 11.00. Capeknya luar biasa, namun setara dengan rasa kangen ku
berjumpa dengan teman teman lama semasa SMA. Mulyono, Aku dengar sampai di
rumah jam 03.00 pagi. Ya… itu juga setara dengan kerinduan bertemu dengan teman
teman lama Kendal.
Rupanya, waktu yang hanya 4 (empat)
jam di Lit Ut masih dirasakan kurang. Kerinduan masih berlanjut di WA. Topik yang ramai adalah masalah lanting. Entah
kenapa. Mungkin teman teman masih penasaran karena belum pernah melihat dan
merasakan lanting. Kalau begitu Aku hanya dapat memberikan gambarannya saja.
Lanting adalah makanan cemilan yang terbuat dari ketela. Bentuknya bundar
seperti anting-anting. Jika pernah lihat anting-anting Pijati (Lihat gambar
Pijanti bersama teman teman SMA yang pernah Aku unggah), maka ukuran lanting
lebih kecil sedikit. Rasanya gurih, ada rasa manis manisnya sedikit. Kalau di
kunyah, kriuuuk…., kriuuuk…., kriuuuk…... Enea…k tenan. Sangat cocok di cemil
saat nonton televisi, terutama saat nonton sepak bola. Aku makannya sedikit
sedikit, biar tidak cepat habis, kira kira satu minggu lanting baru habis. Jika
teman penasaran ingin merasakan gurihnya lanting, silahkan kontak Itung.
Topik lainnya yang tidak kalah
ramainya adalah reuni yang akan dilaksanakan di Yogya. Saking semangatnya,
Harry sudah orientasi lapangan, mencari lokasi yang representative. Ada wacana,
lokasi nya sekitar candi Prambanan,
karena malamnya teman teman akan melihat sendratari Ramayanan di candi Prambanan. Ide yang bagus.
Reuni selalu menimbulkan kerinduan
akan masa lalu, masa masa penuh kenangan di SMA. Semoga Allah SWT memberiku,
kesehatan, rejeki dan kesempatan sehingga Aku dapat menghadiri reuni yang akan
datang.
Terima kasih Lik Ut atas segala jerih
payahnya dalam menyelenggarakan reuni , terima kasih pengurus Alumni SMA N
KENDAL 71 dan terima kasih teman teman atas kehadirannya pada reuni tersebut.
Semoga kekeluargaan di antara para alumnus selalu terjaga kekompakkannya, dan
jika ada kata-kata ku yang kurang berkenan, mohon dimaaf kan. Salam kompak
selalu.
Bogor 3 September
2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar