Minggu, 17 Maret 2019

REUNI SMA N KENDAL DI LIK UT



REUNI SMA N KENDAL DI LIK UT
Entah, Aku tidak tahu, reuni Angkatan 1971 SMA Negeri Kendal hari Minggu, 31 Juli 2016 itu, merupakan reuni yang ke berapa. Reuni diadakah  dirumahnya Lik Ut yang beralamat di Plongkowati 37 Purin Kendal. Lik Ut adalah nama panggilan Bambang Utono sekarang. Memang pengurus Alumni   dengan Ketua Suku  nya Mbak Nunuk,  secara rutin menyelenggarakan reuni setiap 6 (enam) bulan sekali. Hanya saja, Aku tidak dapat menghadiri reuni secara rutin. Aku sudah 4 (empat) kali menghadiri reuni. Pertama, reuni yang Aku hadiri sekaligus juga sebagai “panitia” adalah yang diselenggarakan di Jakarta-Bogor tanggal 25-26 Juni tahun 2011. Menurut ku, reuni tersebut merupakan reuni akbar, reuni terbesar yang pernah di selenggarakan. (Mulyono dan Tejo nanti akan bercerita). Kedua, reuni yang diselenggarakan di Joko Wahoyono, (tanggal, bulan dan tahun Aku sudah lupa) Yogya (Harry dan Joko nanti akan bercerita). Ketiga, reuni yang diselenggarakan di Tirto Arum Kendal (tanggal, bulan dan tahun Aku sudah lupa, Siapa yang akan bercerita?). Dan yang ke 4 (empat) diselenggarakan di Lik Ut.
Bambang Utono yang Aku kenal semasa SMA adalah anaknya Kepala Desa Podosari Cepiring.  Di SMA,  Bambang Utono mengambil jurusan Sosial ketika naik ke kelas 2. Anaknya alim,  pakaiannya rapi. Kala kelas 2 dan kelas 3, Bambang Utono pacaran sama Soepijati, jurusan Sosial juga. Soepijati juga anak Kepala Desa/ Lurah Balok. Menurut Bambang Utono, Soepijati gadis yang cantik. Kulitnya putih dan  matanya besar. Ciri khasnya  Soepijati adalah rambutnya ikal. Bahasanya Nurul, rambutnya Pijati kiwil-kiwil. Ciri lainnya adalah kegemarannya  memakai anting-anting  besar di telinganya. Pijati juga pandai menari tarian tradisional. Ketika itu tahun 1971, tepatnya bulan Oktober,  SMA N KENDAL merayakan hari jadi nya yang ke sepuluh. Acaranya cukup meriah dan salah satu acaranya adalah menampilkan tarian tradisional, dimana  Pijati sebagai penarinya dan Nurul salah satu pemukul gamelan. (Nurul dan teman teman lainnya silahkan di buka memorinya). Jadi,  ya…, cocok. Sama-sama anak Kepala Desa/ Lurah. Sepertinya, kenangan indah dengan Soepijati masih membekas di benaknya Lik Ut, karena dari WA yang Aku ikuti sampai detik-detik terakhir pelaksanaan reuni, kedatangan Sopijati masih dinantikan. Sayangnya, Soepijati tidak hadir.  
Memori lain yang ada di kepala ku tentang Bambang Utono, adalah ketika Bambang Utono membawa mobil sedan warna putih ke sekolah, padahal semua siswa hanya jalan kaki atau naik sepeda. Untuk menunjukkan ketidaksetujuannya mobil tersebut di dorong ke kebun pisang di belakang sekolah. Setelah lulus dari SMA N Kendal, Aku tidak tau lagi perkembangan Bambang Utono. Hanya di reuni ke tiga, Aku memperoleh informasi dari Yulianto, kalau Lit Ut menjabat sebagai guru SMK di Kabupaten Kendal setelah menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi.  Memang  Lit Ut cocok jadi guru. Wajah dan  penampilannya menunjukkan seorang pendidik, wajah Umar Bakrie.  Bahkan setelah pensiun, Lit Ut mendirikan sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan. Ruar…. biasa…..
Satu bulan sebelum acara reuni, Mbak Nunuk sebagai Ketua Suku,  telah mengumumkan melalui WA tentang reuni tersebut.  Di dalam pengumuman tersebut juga disampaikan adanya  iuran wajib bagi alumnus sebesar Rp. 10. 000,- per bulan yang di bayar 6 (enam) bulan sekali. Ternyata,  Aku salah baca di WA, pikir ku Rp. 60.000,- sebulan, Aku bayar sekaligus satu tahun, jadi berapa tuh… 12 x Rp. 60.000,- = Rp. 720.000,-. Ya…., maklum …., tanda-tanda ketuaan sudah melekat pada diriku, salah baca.
Dua minggu sebelumnya, di WA juga, ramai dibicarakan mengenai makanan kenangan masa lalu yang perlu disiapkan oleh Lik Ut. Ada ketak, ada plonyo, ada lele bakar, ada…., pokoknya banyak banget. Sepertinya Lik Ut juga tidak keberatan dengan keinginan teman-teman. Lik Ut ingin berbuat terbaik dalam melayani teman-teman. Semua usulan makanan di tampung dan akan disediakan pada  saatnya nanti. Kelihatannya teman-teman rindu dengan berbagai makanan masa SMA dulu yang tidak dijumpai di daerahnya masing-masing.
Segera setelah mendengar pengumuman dari Mbak Nunuk, Aku kontak Mulyono dan Tejo tentang reuni tersebut, dan Alhamdulillah…., kedua sahabatku itu juga akan hadir. Rasanya kurang berkesan jika reuni hanya di hadiri sedikit alumnus. Rencana kehadiran Mulyono dan Tejo, membuat Aku semangat. Aku cari informasi harga tiket murah ke Semarang. Apakah naik  kereta api atau pesawat terbang. Setelah searching di internet, Aku mengetahui ternyata kereta api tidak mengenal tiket murah, tidak seperti halnya pesawat terbang. Pesawat terbang pun yang menjual tiket murah hanya beberapa maskapai dan yang paling murah adalah pesawat Lion. Aku sadar bahwa Lion  sering terlambat. Namun, bagi ku, terlambat satu atau dua jam tidak masalah.  Maklum sudah pensiun. Segera Aku putuskan untuk naik Lion, karena kalau beli tiket berdekatan dengan hari H nya, harga tiket menjadi lebih mahal.  Bayangkan harga tiket pesawat Lion hampir sama dengan harga tiket kereta api. Untuk memudahkan perjalanan Aku beli tiket pergi pulang. Pergi  hari Sabtu, 30 Juli 2016 jam 13.00 dan pulang , Minggu, 31 Juli 2016 dengan pesawat yang sama jam 17.00. Aku sungguh kagum dengan kemajuan di bidang teknologi informasi. Pesan tiket cukup dilakukan melalui internet di rumah. Beli tiket via ATM yang tidak jauh dari rumah. Tinggal transfer, dan… tidak berapa lama tiket sudah diperoleh via email. Tiket tidak perlu di print, cukup ditunjukkan via smart phone . Luar biasa, bukan?
Pada hari keberangkatan, Sabtu  30 Juli 2016, jam 08.00, Aku sudah berangkat menuju terminal Damri di Baranangsiang, terminal khusus bis Damri yang akan menuju ke Bandara Udara. Di terminal Aku beli roti uyil dan kue tales Bogor, untuk kakak dan adik ku yang berada di Kendal, teman-teman alumni dan Tuti. Memang Tuti pesan roti uyil dan kue tales Bogor. Bis Damri ke Bandara Udara bagus-bagus. Tarifnya relatih murah, hanya Rp. 51.000,-. Perjalanan Bogor – Bandara Soekarno Hatta cukup lancar, karena melalui jalan tol (mengapa disebut jalan tol? Bukan jalan  til?), hanya memerlukan waktu sekitar 1.5 jam saja. Bandara udara sekarang tentu beda jauh dengan bandara tahun 1970 an. Bandar udara sudah seperti terminal bis. Penuh dengan penumpang. Naik pesawat udara sudah merupakan hal biasa bukan mewah lagi. “Everyone Can Fly " , begitu slogan Air Asia. Dengan ramainya issue teroris, pengamanan semakin ketat. Untuk masuk ke ruang tunggu saja semua barang bawaan di periksa, ikat pinggang di lepas, seluruh isi kantong harus dikeluarkan, harus  melalui X Ray Baggage Scanner. Bahkan topi pun haarus di lepas. Sangat ketat sekali.
Perjalanan Bogor – Kendal, cukup lancar. Di Semarang Aku dijemput Adik ku. Malamnya, Aku telpon Yulianto untuk datang ke rumah Adik ku.  Setiap Aku ke Kendal, Yulianto selalu aku telpon untuk menemani ngobrol dan jalan-jalan. Ya…, ngobrol tentang masa lalu, teman-teman yang ada di Kendal. Aku diajak Yulianto jalan-jalan melihat Kendal di waktu malam. Sampai sekarang rupanya di Kendal tidak ada tempat untuk sekedar nongkrong untuk ngobrol sambil makan dan minum.
Hari Minggunya, jam 08.30, Aku sudah berada di Perumda untuk menengok Kakak ku. Rumahnya persis  disebelah SMA Negeri I Kendal. Aku menunggu Yulianto untuk di jemput. Jam 10.00 Yulianto menjemputku bersama Mbak Nina dan Budi Yuwono. Bukannya langsung ke Lik UT, tetapi menjemput Ibu Supantin terlebih dahulu. Rumahnya Ibu Supantin tidak terlalu jauh dari Purin, di Desa Purwosari Kecamatan Patebon. Setelah melewati jembatan Kali Bodri , balik lagi melewati jembatan Kali Bodri lama, kemudian belok kiri. Rumahnya cukup besar, apalagi halamannya. Aku yang jemput dari rumahnya, menunggu sebentar, tidak berapa lama beliau sudah siap berangkat ke pertemuan alumni.
Ketika sampai di rumah Lit Ut, sudah cukup banyak teman-teman yang hadir. Aku salami satu persatu yang hadir. Beberapa teman yang cukup dekat Aku peluk. Menurut ku, yang hadir dalam reuni di Lit Ut lumayan banyak, sekitar 30 an, sekitar 30% dari jumlah alumnus 71, yang jumlahnya mencapai 112 orang. Aku mulai dari teman teman perempuan :  Mbak Nunuk, Mbak Nina, Tyastuti, Haryuti, Retno Muninggar, Yuniarti, Umi Kholsum, Nurul, Melani, Rubiyatun, Hermin, Pristiwati, sedangkan teman teman laki-laki adalah : Mulyono, Tejo, Kusyono, Joko Wahyono, Harry, Yoyok, Nardi, Slamet, Mohsoum, Matrodi, Edy Prapto, Yulianto, Budi Yuwono, Pramono, Ikhsan, Eko Rahono, Edy Sus, Raharjo, Sudiyo, Rinenggo, Rahman,  Basuki, Maturi dan Lit Ut (tuan rumah), yang lainnya Aku lupa namanya, meski ingat wajahnya. Ada beberapa teman “baru” yang Aku jumpai  setelah lebih dari 43 tahun tidak ketemu : Mohsoum, Nardi (cumplung,), Slamet Wicaksono dan Edi Sus. (Mohon info nomor telpon Edi Sus). Aku masih mengenal mereka dan mereka pun masih mengenal ku. Sebenarnya Aku kecewa berat dengan Itung. Dalam WA, Itung selalu janji akan hadir, ternyata pada hari H nya, tidak dapat hadir. Tapi ya…, gimana, mungkin ada acara yang lebih penting. Dalam WA, Itung juga janji akan membawa lanting. Aku tidak tau apa lanting itu. Yang jelas makanan.  Beberapa teman membawa mantan pacarnya seperti Tejo dan Retno Muninggar. Aku tidak tau mantan pacar yang keberapa, yang jelas merupakan mantan pacar yang terakhir. (Hallo Tejo, hallo Retno, cerita dong tentang mantan pacarnya). Menurut Retno, Basuki, Sudiyo, Maturi dan Eko Rahono juga datang bersama mantan pacarnya.
Gambar : Ketua Suku dan Sekretaris
Sementara bapak dan ibu guru yang hadir adalah : Bapak Suyono, Mochtomi, Mahyudi, dan Ibu Supantin serta bapak Jayus pegawai tata usaha. Beliau selalu hadir setiap kali diundang acara alumni. Aku sungguh kagum kebugaran dan kesehatan beliau. Paling tidak usianya di atas 75 (tujuh puluh lima) tahun. Beliau beliau awet tua, sementara alumnus 71 cepat tua. Tidak bisa dibedakan lagi mana guru mana murid. Sama sama tua nya.
Seperti biasanya, acara formal dimulai dengan sambutan dari Ketua Suku,  sambutan tuan rumah dilanjutkan dengan pemberian cindera mata kepada bapak/ibu guru dan foto bersama. Namun, Aku tidak yakin apakah teman teman mendengarkan apa yang disampaikan Ketua Suku dan tuan rumah. Maklum mereka asik sendiri ngobrol dengan teman teman lamanya.
Aku perhatikan teman-teman. Alangkah bahagianya. Duduk bersama sambil makan cemilan,  ngobrol masa lalu, masa ketika masih duduk bersama di SMA. Juga obrolan tentang kesehatan, tentang cucu, tentang anak.  Edy Prapto yang dulu mengalami stroke dan bicaranya agak cadel sudah semakin baik perkembangannya. Budi Yuwono kena stroke ringan, jalannya pelan sekali, tidak dapat berjalan secara normal.  Matrodi yang 2-3 bulan lalu dioperasi jantungnya, nampaknya sudah mulai sembuh. Demikian pula Rahman sudah sembuh dari penyakit paru paru nya. Alumnus, dengan kehadirannya di kala mereka sakit menurut ku  mempercepat kesembuhan mereka.
 
Gambar 2. Lit Ut didampingi istrinya sedang memberikan sambutan.
Seperti janjinya di WA, Lit Ut memang menyediakan makanan sesuai permintaan teman-teman. Untuk cemilan Aku sangat menikmati. Berbagai makanan dari ketan disediakan. Nikmat sekali. Namun untuk lauk makannya, jadi problem bagiku. Semuanya pedas pedas. Perut ku sudah tidak dapat menerima cabai. (Dokter Nurul, apa obatnya?). Ketika sedang makan siang, Yoyok menghampiriku. Aku tarik kursi disebelahku untuk Yoyok. “ Ayo , makan bareng .” Kataku. “Wa…ah iwak e pedes tenan .” Kataku melanjutkan.  “Piye mbang,  pedes, …, ganti wae.” Kata Yoyok. Itulah perjumpaan terakhir dan kata terkahir dari Yoyok. (Yoyok meninggal dunia 9 hari setelah acara reuni di Lik Ut, tepatnya hari  Selasa 9 Agustus 2016). Aku memilih untuk tidak makan siang. Bagiku cemilan yang disediakan sudah cukup untuk mengurangi rasa laparku.
Aku sadar sepenuhnya bahwa Aku sudah mulai pelupa. Tetapi pelupa Tejo lebih parah lagi. Ketika itu Nurul menghampiri Tejo, sambil berkata.” Om Ted, hayo…, Aku sopo?” Kata Nurul. Tejo diam saja, wajahnya menunjukkan kebingungan.  Sambil menari nari  di hadapan Tejo, Nurul menggodanya. “Kalau sekolah setiap hari Aku lewat rumahnya Om Ted.” Kembali Nurul berkata memberikan informasi bahwa rumahnya tidak jauh dari rumah Tejo. Tetapi, ya…. Itu, namanya lupa ya…., lupa. Padahal pertemuan di Jakarta 2011, Nurul hadir.  Kelupaan Tejo lainnya lebih parah lagi. Ketika itu, Aku Yulianto, Edy Sus dan Tejo lagi ngobrol bersama. Aku pikir  Tejo sudah mengetahui tentang Edy Sus. Ternyata belum. Kemudian Tejo bertanya kepada Yulianto. “Yul,…iku sopo?” Katanya pelan. “ Lho…., iku kan Edy Sus, putranya kepada TU SMA.” Kata Yulianto. Tejo segera melompat dari tempat duduk dan dipeluknya Edy Sus. Luar biasa pelupanya. Kalau Tejo lupa sama Matrodi atau teman teman dari jurusan Sosial atau Budaya, Aku dapat memaklumi. Tetapi…., Edy Sus itu kan termasuk teman karib, hari harinya bermain di rumahnya Tejo saat di SMA. Aku sendiri dapat mengenali Edy Sus dari tatapan matanya. Ya…, mata bagiku adalah kunci pengenalan terhadap teman. Jadi kalau Tejo rajin WA sama mbak Itung, mbak Yuni atau  mbak mbak yang lain belum tentu  Tejo akan mengenali mbak mbak sekalian jika bertemu.

Gambar : Alumnus SMA N KENDAL
Waktu dari jam 10.00 sampai dengan jam 14.00 rasanya cepat sekali berputarnya. Perjumpaan yang hanya sekitar 4 (empat) jam rasanya masih kurang. Masih banyak di obrolkan. Namun, yang memang itu ketentuannya, jam 14.00, acara akan diakhiri. Sekitar jam 13.30, teman-teman sudah mulai ada yang pamit. Pengurus membagikan oleh oleh untuk bagi alumni. Aku juga memperolehnya, isinya macam-macam : bandeng lunak, kerupuk Kendal, krai, dan lain lain. Bahkan Aku memperoleh tambahan oleh-oleh lanting dari langsung dari Ketua Suku. Menurut Ketua Suku, wajah ku menunjukkan wajah berseri, “sumringah” bahasanya  Ketua Suku. Sepertinya Ketua Suku sama Retno sudah diskusi siapa yang akan di beri oleh oleh lanting. Menurut Retno, Aku sudah kangen banget sama lanting dan sekaligus untuk mengurangi kecewa barat ku, karena ketidakhadiran Itung. Terima kasih ketua, terima kasih Retno dan juga terima kasih Itung atas lantingnya.
Reuni berikutnya akan diselenggarakan di Yoyakarta pada bulan Desember 2016. Tuan rumahnya adalah Harry, Joko Wahyono dan Melani. Ini artinya, Yogya akan menjadi tuan rumah untuk yang kedua kalinya. Lantas,  Jakarta dan Bogor kapan menjadi tuan rumah lagi. Jawabannya sepenuhnya bergantung sama Mulyono dan Tejo. Aku akan setuju setuju saja.
Jam 14.00, Aku pamit, karena jadwal pesawat Lion jam 17.00. Aku harus beres beres terlebih dahulu dan akan membeli oleh oleh untuk keluarga ku berupa bandeng asap. Di Bandara Akhmad Yani Semarang ramai sekali dengan banyaknya penunpang dan pengantar. Untuk masuk bandara saja sudah antri.  Demikian pula di ruang tunggu bandara. Banyak penumpang harus berdiri karena tidak muatnya kapasitas ruang tunggunya. Pada saat lapor, pegawai Lion sudah memberi tahu bahwa pesawat Lion mengalami keterlambatan. Ya…., tidak apa apa, yang penting sampai. Tejo memberi predikat  LION = late is our nature.
Waktu tunggu Aku gunakan untuk makan sore. Aku pilih menu rawon panas komplit, tidak pakai cabai. Makan nasi plus rawon panas pada saat perut lapar dengan minuman air jeruk hangat. Waaaa…ah, nikmat sekali. Pada saat makan sore, Aku lihat Tejo bersama mantan pancarnya. Selang agak berapa lama Mulyono menyusul. Aku dan Tejo satu pesawat sedangkan Mulyono penerbangan Lion berikutnya. Setelah menunggu sekitar tiga jam dari jadwal semula, akhirnya pesawat Lion berangkat jam 08.00. Perjalanan dari Bandara ke Bogor cukup lancar dengan menggunakan bis Damri. Sampai rumah sekitar jam 11.00. Capeknya luar biasa, namun setara dengan rasa kangen ku berjumpa dengan teman teman lama semasa SMA. Mulyono, Aku dengar sampai di rumah jam 03.00 pagi. Ya… itu juga setara dengan kerinduan bertemu dengan teman teman lama Kendal.
Rupanya, waktu yang hanya 4 (empat) jam di Lit Ut masih dirasakan kurang. Kerinduan masih berlanjut di WA.  Topik yang ramai adalah masalah lanting. Entah kenapa. Mungkin teman teman masih penasaran karena belum pernah melihat dan merasakan lanting. Kalau begitu Aku hanya dapat memberikan gambarannya saja. Lanting adalah makanan cemilan yang terbuat dari ketela. Bentuknya bundar seperti anting-anting. Jika pernah lihat anting-anting Pijati (Lihat gambar Pijanti bersama teman teman SMA yang pernah Aku unggah), maka ukuran lanting lebih kecil sedikit. Rasanya gurih, ada rasa manis manisnya sedikit. Kalau di kunyah, kriuuuk…., kriuuuk…., kriuuuk…... Enea…k tenan. Sangat cocok di cemil saat nonton televisi, terutama saat nonton sepak bola. Aku makannya sedikit sedikit, biar tidak cepat habis, kira kira satu minggu lanting baru habis. Jika teman penasaran ingin merasakan gurihnya lanting, silahkan kontak Itung.
Topik lainnya yang tidak kalah ramainya adalah reuni yang akan dilaksanakan di Yogya. Saking semangatnya, Harry sudah orientasi lapangan, mencari lokasi yang representative. Ada wacana, lokasi nya  sekitar candi Prambanan, karena malamnya teman teman akan melihat sendratari  Ramayanan di candi Prambanan. Ide yang bagus.
Reuni selalu menimbulkan kerinduan akan masa lalu, masa masa penuh kenangan di SMA. Semoga Allah SWT memberiku, kesehatan, rejeki dan kesempatan sehingga Aku dapat menghadiri reuni yang akan datang.
Terima kasih Lik Ut atas segala jerih payahnya dalam menyelenggarakan reuni , terima kasih pengurus Alumni SMA N KENDAL 71 dan terima kasih teman teman atas kehadirannya pada reuni tersebut. Semoga kekeluargaan di antara para alumnus selalu terjaga kekompakkannya, dan jika ada kata-kata ku yang kurang berkenan, mohon dimaaf kan. Salam kompak selalu.

Bogor 3 September  2016.


Tidak ada komentar: