Senin, 18 Maret 2019

REUNI SMA N KENDAL DI MAS RISTANTO




REUNI SMA N KENDAL DI MAS RISTANTO
Jika reuni di selenggarakan di Kandal, Aku sangat semangat untuk menghadirinya. Selain acara reuni itu sendiri, kedatangan Ku di Kendal juga untuk ziarah ke makam kedua orangtua Ku, sekaligus bersilahturomi dengan saudara saudara Ku ; Kakak ku dan Adik Ku. Malahan para keponakan yang berada di Kendal, Semarang dan Pati akan Kendal juga, hanya ingin bertemu dengan Ku.
Reuni di Mas Ristanto merupakan reuni yang ke lima, entah reuni yang ke berapa menurut catatan pengurus. Reuni diselenggarakan pada hari Minggu, 18 Februari 2018 di Desa Podosari,  Kecamatan Cepiring - Kendal.
Ingatan Ku tentang Ristanto tidak terlalu banyak, mengingat semasa SMA, Aku dan Ristanto berbeda jurusan. Ristanto memilih jurusan Sosial sedangkan Aku memilih jurusan IPA. Yang Aku ingat, Ristanto orangnya pendiam, kalau ke sekolah, mengendarai sepeda jengki berwarna merah mudah. Aku juga pernah ke rumahnya bersama Yoyok (almarhum) dan teman teman lainnya (aku lupa siapa saja). Kalau tidak salah ayah Ristanto adalah Kepala Desa Podosari atau paling tidak merupakan perangkat desa. Di halaman rumahnya cukup banyak tanaman mangga. Kebetulan saat itu pohonnya sedang berbuah, sehingga aku dan teman teman bebas mengambilnya. Juga ingatku tentang Ristanto adalah saat bersepeda ria ke Semarang bersama Yoyok (almarhum) dan teman teman yanga lain (aku lupa). Kala itu ada keramaian di Semarang. Menginap di saudara Ristanto di daerah Bulu Semarang. Pagi nya disediakan super mie, rasanya sangat nikmat sekali.
Dua atau tiga minggu sebelum acara reuni pengurus sudah mulai sibuk mempersiapkannya. Uniknya Mas Ristanto sulit di hubungi. HP nya jarang disentuh. Kalau di SMS menurut Mbak Nunuk paling cepat baru di balas 2 minggu kemudian. Mas Ristanto tidak menggunakan Smart Phone, mungkin karena usia atau sudah gaptek. Mbak Nina sebagai sekretaris pengurus sepertinya kesel, coba baca apa yang dikatakannya  dalam WA nya: “Aq jd bingung Ristanto Arep di Jak rembugan nggantung .durung dik Nuk? InsyaAllah Minggu tgl 11 “ kata Mbak Nina membalas WA nya Mbak Nunuk. (11 Februari Mbak Nina akan ketemu Mas Ristanto).
Lain lagi Eyang Retno, bendahara Pengurus Alumni,  sejak 2 minggu sebelum reuni sudah woro woro : “  HADIRILAH HADIRILAH  acara pul kumlul tgl 18 Feb 2018 dirumah teman kita Basuki, Cepiring Kendal, untuk teman2  yg dr Jakarta, Bogor, Makasar, Riau , Kebumen, Jogja, Rembang, Pati, Semarang, Brebes, Pekalongan, Pemalang dan tak terkecuali teman2 yg dr Kendal datang ramaikan tgl 18 ya ..... [10:00 PM, 2/8/2018] Sma Retno Muninggar). Biasanya woro woronya  juga mengingatkan teman teman tentang iuran. “ Bagi teman teman yang tidak bisa hadir jangan lupa iurannya, yang tidak hadir kena denda. Uangnya di tranfer ke rekening XXXXXXXXXXXX. Eyang Retno itu bendahara yang paling semangat dalam urusan uang dan reuni. Saking semangatnya reuni yang mestinya di ketik Ristanto di ketik Basuki.
Kalau Mbak Nunuk, Ketua Alumni kita, beliau paling hebat dalam memonitor reuni. Dari Om Syamsul beliau sudah tahu bahwa Mas Ristanto sudah siap dalam menyambut teman teman. “ Yen info seko om Syamsul tuan rumah wis siap. ([10:16 PM, 2/8/2018] Sma Nursilowati).
Kala itu, Aku sudah beli tiket kereta api Jakarta Semarang pergi pulang. Kalau reuni gagal siapa yang bertanggungjawab. Apakah uang tiket bisa kembali?
 “Gak gagal om , acara reunian pasti dan siap dilaksanakan.” Kata Eyang Retno
“Reuni ora bakal gagal ya....? Yen Ristanto durung rampung sing ngecet image (omahe?) pindah nggone Basuki opo nggonku?” Kata Mbak Nina. (Kalau WA kadang kadang Aku agak lama mencerna apa yang disampaikan, sering di singkat, bahasanya sepotong potong).
Sengaja Aku beli tiket kereta api Jakarta - Semarang pergi pulang, karena ingin menikmati perjalanan dengan santai. Pengalaman naik pesawat waktu reuni di Lik Ut, sungguh tidak mengenakan. Kala itu pulang dari Semarang pakai Lion, di tundah sampai 4 jam, dari Semarang jam 12. Malam. Mulyono malahan nginap di Bandara Ahmad Yani.
Untuk beli tiket, Aku serahkan kepada anak Ku. Sebenarnya untuk beli tiket kereta api dapat dilakukan secara online. Namun dalam pembelian secara online tidak semudah yang dibayangkan untuk ukuran orang tua seperti Ku. Satu minggu sebelum acara di mulai, Aku sudah memperoleh tiket KA.  Berangkat naik Agro Bromo Anggrek  dan pulang naik KA Semberani. Stasiun keberangkatan dari Jakarta di Gambir dan stasiun kedatangan di Semarang di Tawang. Demikian pula sebaliknya.
Teman teman alumni memang baik baik. Ketika aku unggah bahwa aku sampai Semarang Jam 15.00 di Stasiun Tawang ada yang menawarkan diri untuk menjeputnya. Juga ada yang memberitahu bahwa kalau bisa turun di Weleri saja, lebih dekat dengan Kendal. Namun ketika aku chek di tiket, ternyata KA tidak berhenti di Weleri, karena KA Agro Bromo Anggrek termasuk KA bisnis, hanya berhenti di Cirebon, Pekalongan dan Semarang dan langsung ke Surabaya.
Oh..., ya..., seperti biasa kalau menghadiri reuni, Aku selalu bawa oleh-oleh khas Bogor. Kali ini Aku akan bawa oleh oleh berupa bolu tales Bogor dan bumbu asinan Bogor. Aku sudah SMS ke Mas Ristanto untuk mempersiapkan buah-buahan nya : mangga, nanas, bengkuang, dondong, dll.
Kereta Agro Bromo Anggrek  berangkat Jam 10.00 dari Stasiun Gambir. Sabtu 17 Februari 2018 , setelah sholat Subuh Aku di antar istri Ku, menuju Stasiun Kereta Bogor. Jarak rumah dengan stasiun tidak terlalu jauh. Pada pagi hari hanya di tempuh dalam waktu kurang dari 10 menit. Sengaja Aku berangkat pagi, karena Aku tidak mau berdesak desakan dalam kereta dan harus dapat tempat duduk. Lagi pula KRL Bogor tidak diperbolehkan  berhenti di Stasiun Gambir. Jadi Aku harus  turun di stasiun sebelum Gambir (Stasiun Gondangdia) atau setelah stasiun Gambir (Stasiun Juanda). Enaknya naik KRL waktunya dapat diprediksi hanya sekitar 1 jam saja. Beda kalau naik mobil, waktu tidak bisa diperkirakan karena masalah kemacetan. Aku memilih turun di Juanda, dari dari sini naik ojek ke Stasiun Gambir. Jaraknya juga tidak terlalu jauh, naik ojek hanya 15 ribu. Sampai di Stasiun Gambir masih pagi, baru jam 7 pagi, jadi harus menunggu selama 3 jam. Ya.., nggak apa-apa. Lebih baik menunggu daripada terburu-buru.
Ketika akan masuk ke stasiun Aku tunjukkan tiketnya, namun oleh petugas Aku di haruskan ngeprint dulu untuk dapat “boarding pass” nya. Untung petugasnya baik, Aku dibantu ngeprint tiket. Dari “boarding pass” ini baru diketahui kereta nomor berapa dan juga nomor tempat duduknya. Fasiltas Stasiun Gambir lumayan lengkap, kafe, alfamart, restoran dan ruang tunggu nya juga lumayan nyaman.
Jam 09.45, KA  Agro Bromo Anggrek memasuki Stasiun. Penumpang secara teratur naik KA. Tepat jam 10.00 KA berangkat. Melihat pemandangan hamparan sawah dan perbukitan serta kesunyian di sepanjang jalan rasanya damai betul. Untuk makan siang ada gerbong khusus restoran. Lumayan enak makanan yang disajikan. Perjalanan santai dan cukup menyenangkan. Jam 15.10, KA sudah sampai di Stasiun Tawang Semarang.
Di Stasiun sudah menunggu Adik Ku. Perjalanan ke Kendal  tidak terlalu lancar, karena kepadatan kendaraan. Di jalan Pandaran, Aku berhenti sebentar untuk membeli bunga, karena esoknya Aku mau nyekar ke makam kedua orang tua Ku.
Malamnya setelah bakda Magrib, Yuliyanto telah menjemput Ku untuk di bawa ke rumahnya Mbak Nur (Nurwati). “ Win di tunggu teman teman SMP N I Kendal, ada “reuni SMP N 1 Kendal”, mumpung pada kumpul.  Di tempat mbak Nur sudah menunggu teman teman alumni SMPN 1 Kendal. Tidak banyak hanya beberapa orang : Tuti, Haryuti, Eni, Moshsoum, Bambang Mul, Amin. Tujuan pertemuan untuk mendoakan Marhaen dan Yoyok. Acara di pimpin oleh Ustadz Mochsoum.
Pagi sekitar jam 08.00, Aku diantar oleh Adik Ku berangkat menunju ke tempat makam kedua orang tuaku,  Sarean Pekuncen Desa Kalibuntu Wetan Kecamatan  Kendal. Sarean dikelola oleh Yayasan Persatuan Wredatama Seluruh Indonesia (PWRI)  Kendal. Salah satu pengurusnya adalah Pak Yono. Selesai membersihkan dan berdoa perjalanan dilanjutkan ke tempat Kakak Ku yang berada di sebelah gedung SMA N 1 KENDAL. Sudah menjadi kewajibanku setiap Aku ke Kendal selalu ke tempat Kakak Ku yang tertua.
Sekitar jam 09.50, Budi Yuwono dan Jasno menjemputku. Sungguh surprise Budi Yuwono bisa mengendari mobil, mengingat ketika reuni di Lik Ut, Budi Yuwono  mengalami kesulitan berjalan, terkena stroke ringan pada kakinya. Alhamdulillah, sekarang sudah sembuh.
“Adoh ra omahe Ristanto” Tanya ku.
“Aku yo... ra ngerti. Pokok e ,  Desa Podosari – Cepering ” Jawab Budi Yuwono .
“We....., lha dalah, arep reunian, ning ora ngerti omahe. Iki piye to.. .. “Pikirku
“Yo wis di wenehi ancer-ancer, engko belokan pertama soko Kali Bodri menggok kiri.” Kata Budi Yuwono .
Benar saja tak berapa lama kendaraan belok kiri, melewati jalan kabupaten. Kondisi jalannya tidak sebagus jalan nasional. Banyak lubang lubang di tengah jalan. Mungkin untuk membiayainya Pemda Kabupaten Kendal tidak punya uang. Beberapa kali Aku bertanya sama penduduk tentang Desa Podosari. Akhirnya ketemu Lik Ut di persimpangan (Lik Ut seperti nya di tugaskan). Oleh Lik Ut ditunjukkan arah Desa Podosari.  Jalannya mulus sudah di beton. Jauh lebih bagus daripada jalan kabupaten. Aku yakin jalan ini di biayai oleh Dana Desa dari Pemerintah. Mobil berjalan dengan perlahan menyusuri jalan desa, setelah agak jauh dan melewati Masjid Desa yang megah, Aku dan Budi Yuwono  mulai curiga. Koq tidak ketemu rumahnya? Apa salah jalan?
“Bud, stop disik, Aku arep takon karo penduduk nang kene.” Kata Ku
Beberapa kali Aku bertanya kepada penduduk, akhirnya ketemu  juga. Rupanya mobil sudah berjalan terlalu jauh dari rumah Ristanto.
Rumah Ristanto cukup besar, mungkin sekitar 600 meter persegi dengan halamannya. Ya..., itu sudah biasa bagi rumah di desa, apalagi rumahnya peninggalan orang tuanya. Di halaman bagian kiri, yang dulunya banyak tanaman mangga sudah diganti dengan tananam Gelombang Cinta. Ristanto nampaknya pecinta tanaman, selalau mengikuti tanaman yang lagi ngetred. Memang daun tanaman Gelombang Cinta sangat indah (bagi pecinta tanaman). Sayang tanaman tersebut kini hanya di kenal namanya saja. Tidak sehebat pada masa jayanya.
Yang sudah hadir lumayan banyak. Sebagaian besar sudah pernah ketemu di beberapa kali reuni, sehingga aku tidak pangling lagi. Namun ada 2 “teman” baru. Pertama Mas Chusnun, meski sudah sering komunikasi via WA, dan juga lihat fotonya di WA, namun ketemu di darat, agak lama baru mengenalinya. Kedua Gufron, wajahnya  tidak berubah, sehingga Aku dengan cepat mengenalinya. Dengan keduanya baru kali ini ketemu setelah lulus dari SMA. Kalau lulus tahun 1973 dan sekarang tahun 2018, artinya 45 tahun baru ketemu. Ini lah salah satu manfaat dari reuni.
Hadir dalam pertemuan reuni adalah :  Mas Ristanto sebagai tuan rumah, Mbak Nunuk, Mbak Nina, Eyang Retno, Mbak Hermin, Tuti, Eyang Rubiyatun, Eyang Haryuti, Mbak Tri Yuniyarti, Om Tedjo, Om Edi Prapto, Mas Chusnun, Mas Gufron, Ustadz Mochsoum, Ustadz Matrhodi, Mas Budi Yuwono, Lik Ut, Om Basuki, Yuliyanto, Mas Jasno, Mbah Ichsan, Om Rinenggo, Mas Eko, Mas Sudiyo, siapa lagi ya... Beberapa Alumni membawa mantan pacar, seperti Om Tedjo, Mas Chusnun, Mas Gufron, Mas Basuki (siapa lagi ya...). Tidak lupa beberapa Bapak dan ibu guru  : Pak Yono, Pak Tomi, Ibu Panti serta pegawai tata usaha, Pak Gayus. Bapak Mahyudin yang biasanya selalu hadir dalam reuni sudah meninggal.
Di meja sudah tersedia aneka makanan, ada makanan tradisional : lemper, pisang rebus, pisang goreng, asinan Bogor ada makanan modern : roti, bolu dll. Aku sampai tidak hafal karena banyaknya. Pokoknya, makanan sangat berlimpah, beberapa teman membawa juga makanan dari daerahnya masing-masing. Mas Chusnun membawa : pisang kepok, kelapa muda, Mas Eko membawa rambutan, Eyang Rubiyatun membawa pilus, dan masih banyak teman teman yang membawa makanan, Aku tidak ingat satu persatu. Apalagi makan siangnya, lauknya cukup komplit. Enak tenan.... (siapa yang ingat, apa saja...).
Acara biasa acara dibuka oleh Mbak Nina sebagai sekretaris, dilanjutkan sambutan dari Mbak Nunuk sebagai Ketua dan Mas Ristanto sebagai tuan Rumah, serta Pak Yono sebagai bapak guru. Seperti biasanya, dalam setiap pertemuan alumni, Ketua selalu membagikan bingkisan kepada Bapak dan ibu guru serta pegawai tata usaha. Pada saat itu juga di umumkan bahwa Setiyono sedang sakit. Informasi yang Aku peroleh kehidupan Sutiyono sangat memprihatinkan. Sutiyono tidak berkeluarga. Disarankan untuk tinggal di rumah jompo, tetapi Sutiyono tidak mau. Tidak bebas katanya. Sehabis acara akan ada perwakilan SMA 1971 menjenguknya, untuk itu para alumni diminta kerelaannya memberikan sumbangan. Ini lah manfaat reuni yang lainnya. Menjenguk sahabat yang sakit, untuk memberikan semangat.
Ristanto sebagai tuan rumah



                                                 ALUMNI SMA N KENDAL 
Sesi foto bersama merupakan acara yang wajib diikuti para alumni yang hadir, sebagai dokumentasi dan sekaligus menunjukkan kekeluargaan dari para alumni.
 Ada 2 (dua) kesepakatan dari reuni yaitu : 1 ) reuni berikutnya akan di laksanakan di Pekalongan dengan tuan rumah Rubiyantun dan 2)  pembagian kelompok untuk memudahkan pelaksaan reuni.
Ada 4 (empat) kelompok, yaitu : Kelompok  Kendal, Kelompok Semarang, Kelompok Luar Kota, dan  Kelompok  Jakarta  dengan anggota sbb. :
KELOMPOK  KENDAL (24 orang) : Kirana,  Edy Prapto,  Pristiwati,  Yulianto,  Budi Yuwono,  Joko Pramono,  Basuki,  Sudiyo,  Ristanto, Bambang  Utono ,  Sutiyono,  Matrodhi, Chusnun,  Gufron,  Umi Kulsum, Moch Ichsan, Jasno, Suwarto, Bambang Mulyanto, Giyono, Siswoyo, Mindarsih, Maturi, Moch Soum, Slamet Wicaksono.
KELOMPOK SEMARANG (16 orang) :  Nunuk, Herminingsih , Haryuti,  Rinenggo, Tri Yuniarti, Eko Rahono,  Edi Susilo,  Retno Muninggar,  Siti Aminah, Rahardjo,  Sumadi,  Suminto, Dhanisworo, Martati, Nining, Sunardi.
KELOMPOK LUAR KOTA (13 orang) :  Nurul,  Umi Tyastuti, Umi Lestari;  Rubiyatun,  Pudji Astono,  Yuniati,  Harry Tri,  Joko Wahyono,  Melani,  Anwar,  Syamsul, Fridawati, Sartono.
KELOMPOK  JAKARTA  (13 orang) : Mulyono, Tedjo Rumekso, Muchtadi, Purwadi, Susmoyowati, Bambang Winarto, Harkrisnomo,  Sudirno, Kusyono, Zaenal,  Hambali, Purwanti, Sri Widodo.
Acara di akhiri sekitar jam 13.45. Sungguh suatu pertemuan yang mengesankan. Sebelum pulang, panitia memberikan bungkusan yang cukup besar. Entah isinya, nanti baru ke tahuan setelah di buka.
Sebagaimana berangkatnya, pulangnya Aku tetap bersama Budi Yuwono dan Jasno. Tidak ada yang istimewa dalam perjalanan ke rumah Adik Ku.
Sampai di rumah Adik Ku, yang pertama Aku lakukan adalah membuka bungkusan yang cukup besar. Ternyata isinya macama-macam, kebanyakan makanan : pisang kepok satu sisir (Pasti dari Mas Chusnun), roti, pisang rebus, kerupuk petis, pilus, makanan apa lagi ya......, Souvenir SMA Ganesha (Pasti dari Mas Basuki) dan jam dinding dengan foto Ristanto. Kreatif juga Mas Ristanto, karena kalau lihat jam dinding pasti akan teringat Mas Ristanto.
Makan malam bersama saudara : Kakak, Adik dan juga para keponakan beserta anak-anaknya dari Semarang, Pati dan Kendal. Ramai juga seperti hal reuni yang baru saja Aku hadiri. Dilanjutkan dengan ngobrol tentang keluarga serta pertemuan keluarga Wirjoatmodjo yang akan diselenggarakan di Cirebon setelah hari Raya. Pertemuan keluarga dilakukan 2 (dua) tahun sekali yang dihadiri oleh keluarga Wirjoatmodjo yang jumlahnya mencapai ratusan orang.
Sehabis ba’da Isya, dengan di antar keponakan Ku, Aku berangkat menuju stasiun Tawang Semarang. Perjalanan lumayan lancar, hanya mendekati  stasiun Tawang tersendat. Seperti hal nya, di stasiun Gambar, tiket di scan, maka akan keluar “boarding pas”, yang menunjukan gerbong dan tempat duduk.
Gorbang yang akan ke tempati merupakan Gerbong Priority, yakni kelas bisnis yang tertinggi di KA. Ini gara-gara cari tiket Semarang – Jakarta sudah habis semuanya, tinggal kelas priority. Maklum hari Jum’at nya merupakan tanggal merah, sehingga banyak penumpang yang pesan pada hari Minggu untuk ke Jakarta. Tapi ya..., nggak apa-apa demi reuni, tiket apapun akan Aku beli. Jadi saran untuk pengurus, kalau mengadakan reuni tidak usah mengambil hari yang ada libur panjangnya. Nanti yang dari luar kota akan mengalami kesulitan dalam pembelian tiketnya. Bukankan menurut kita  semua tanggal merah semuanya.
  KA Semberani masuk Stasiun Tawang sekitar jam 09.45. Aku kurang tahu apakah dari Surabaya atau Solo.Gerbong Priority tetapi berada di rangkaian paling belakang.
Ketika masuk ke gerbong, woow...., betul-betul gerbong mewah. Desain interior didominasi dengan  kayu jati. Ruangannya  sangat sejuk dari pendingin ruangan atau AC. Kursi penumpang memiliki ukuran lebar dan luas dan jarak panjang antara satu kursi dengan kursi lainnya cukup panjang sehingga membuat penumpang merasa nyaman. Pada kursi juga di sediakan selimut. Pramugara dan pramugari disediakan secara khusus untuk melayani penumpang. Fasilitas Gerbong Priority bahkan tidak kalah dengan fasilitas yang ada di pesawat Garuda.
Ketika sudah duduk, pramugari langsung menyuguhkan minuman jus dan juga snack. Perkara makanan dan minuman disediakan secara gratis dan diambil secara bebas di cafe nya. Fasilitas toilet tersedia dengan cukup luas, bersih dengan interior yang cukup mewah.
Keanehan gerbong di belakang sempat Aku tanyakan. Penjelasan dari Pramugara adalah sebagai berikut : Gerbong Priority adalah gerbong istimewa, tidak boleh penumpang dari gerbong lain lalu lalang di gerbong ini. Makanya, Gerbong Priority hanya akan ada di depan (belakang KA) atau paling belakang dalam rangkaian kereta. Kalau KA ini berangkat dari Jakarta, maka Gerbong Priority akan berada di depan, tetapi karena ini dari Surabaya, maka Gerbong Priority berada di belakang. Itulah penjelasannya.
Jam 04.00 kereta sudah masuk Jatinegara. Aku pilih turun di Jatinegara ketimbang Gambir, karena dari Jatinegara telah tersedia KRL ke Bogor, meski harus menunggu 1 jam. Perjalanan Jatinegara ke Bogor memerlukan waktu 2 jam. Sampai di rumah, Senin jam 07.30. Istri sudah menunggu di depan pintu.
Reuni yang mengesankan, entah 6 (bulan) ke depan apakah Aku masih bisa menghadirinya. Ya...., meski hanya sekedar bertemu, bersalaman, berpelukan dengan sahabat SMA angkatan 1971. Tapi...., itulah salah satu milik Ku yang paling berharga PERSAHABAT. (TAMAT).


Tidak ada komentar: