REUNI SMA N KENDAL DI MAS RISTANTO
Jika reuni di selenggarakan di Kandal, Aku
sangat semangat untuk menghadirinya. Selain acara reuni itu sendiri, kedatangan
Ku di Kendal juga untuk ziarah ke makam kedua orangtua Ku, sekaligus
bersilahturomi dengan saudara saudara Ku ; Kakak ku dan Adik Ku. Malahan para
keponakan yang berada di Kendal, Semarang dan Pati akan Kendal juga, hanya
ingin bertemu dengan Ku.
Reuni di Mas Ristanto merupakan reuni yang ke
lima, entah reuni yang ke berapa menurut catatan pengurus. Reuni diselenggarakan
pada hari Minggu, 18 Februari 2018 di Desa Podosari, Kecamatan Cepiring - Kendal.
Ingatan Ku tentang Ristanto tidak terlalu
banyak, mengingat semasa SMA, Aku dan Ristanto berbeda jurusan. Ristanto
memilih jurusan Sosial sedangkan Aku memilih jurusan IPA. Yang Aku ingat, Ristanto
orangnya pendiam, kalau ke sekolah, mengendarai sepeda jengki berwarna merah
mudah. Aku juga pernah ke rumahnya bersama Yoyok (almarhum) dan teman teman
lainnya (aku lupa siapa saja). Kalau tidak salah ayah Ristanto adalah Kepala Desa
Podosari atau paling tidak merupakan perangkat desa. Di halaman rumahnya cukup
banyak tanaman mangga. Kebetulan saat itu pohonnya sedang berbuah, sehingga aku
dan teman teman bebas mengambilnya. Juga ingatku tentang Ristanto adalah saat bersepeda
ria ke Semarang bersama Yoyok (almarhum) dan teman teman yanga lain (aku lupa).
Kala itu ada keramaian di Semarang. Menginap di saudara Ristanto di daerah Bulu
Semarang. Pagi nya disediakan super mie, rasanya sangat nikmat sekali.
Dua atau tiga minggu sebelum acara reuni
pengurus sudah mulai sibuk mempersiapkannya. Uniknya Mas Ristanto sulit di
hubungi. HP nya jarang disentuh. Kalau di SMS menurut Mbak Nunuk paling cepat
baru di balas 2 minggu kemudian. Mas Ristanto tidak menggunakan Smart Phone, mungkin karena usia atau
sudah gaptek. Mbak Nina sebagai sekretaris pengurus sepertinya kesel, coba baca
apa yang dikatakannya dalam WA nya: “Aq
jd bingung Ristanto Arep di Jak rembugan nggantung .durung dik Nuk? InsyaAllah
Minggu tgl 11 “ kata Mbak Nina membalas WA nya Mbak Nunuk. (11 Februari Mbak
Nina akan ketemu Mas Ristanto).
Lain lagi Eyang Retno, bendahara Pengurus
Alumni, sejak 2 minggu sebelum reuni
sudah woro woro : “ HADIRILAH
HADIRILAH acara pul kumlul tgl 18 Feb
2018 dirumah teman kita Basuki, Cepiring Kendal, untuk teman2 yg dr Jakarta, Bogor, Makasar, Riau ,
Kebumen, Jogja, Rembang, Pati, Semarang, Brebes, Pekalongan, Pemalang dan tak
terkecuali teman2 yg dr Kendal datang ramaikan tgl 18 ya ..... [10:00 PM,
2/8/2018] Sma Retno Muninggar). Biasanya woro woronya juga mengingatkan teman teman tentang iuran.
“ Bagi teman teman yang tidak bisa hadir jangan lupa iurannya, yang tidak hadir
kena denda. Uangnya di tranfer ke rekening XXXXXXXXXXXX. Eyang Retno itu
bendahara yang paling semangat dalam urusan uang dan reuni. Saking semangatnya reuni
yang mestinya di ketik Ristanto di ketik Basuki.
Kalau Mbak Nunuk, Ketua Alumni kita, beliau
paling hebat dalam memonitor reuni. Dari Om Syamsul beliau sudah tahu bahwa Mas
Ristanto sudah siap dalam menyambut teman teman. “ Yen info seko om Syamsul
tuan rumah wis siap. ([10:16 PM, 2/8/2018] Sma Nursilowati).
Kala itu, Aku sudah beli tiket kereta api
Jakarta Semarang pergi pulang. Kalau reuni gagal siapa yang bertanggungjawab.
Apakah uang tiket bisa kembali?
“Gak
gagal om , acara reunian pasti dan siap dilaksanakan.” Kata Eyang Retno
“Reuni ora bakal gagal ya....? Yen Ristanto
durung rampung sing ngecet image (omahe?) pindah nggone Basuki opo nggonku?”
Kata Mbak Nina. (Kalau WA kadang kadang Aku agak lama mencerna apa yang
disampaikan, sering di singkat, bahasanya sepotong potong).
Sengaja Aku beli tiket kereta api Jakarta - Semarang
pergi pulang, karena ingin menikmati perjalanan dengan santai. Pengalaman naik
pesawat waktu reuni di Lik Ut, sungguh tidak mengenakan. Kala itu pulang dari
Semarang pakai Lion, di tundah sampai 4 jam, dari Semarang jam 12. Malam.
Mulyono malahan nginap di Bandara Ahmad Yani.
Untuk beli tiket, Aku serahkan kepada anak Ku.
Sebenarnya untuk beli tiket kereta api dapat dilakukan secara online. Namun
dalam pembelian secara online tidak semudah yang dibayangkan untuk ukuran orang
tua seperti Ku. Satu minggu sebelum acara di mulai, Aku sudah memperoleh tiket
KA. Berangkat naik Agro Bromo
Anggrek dan pulang naik KA Semberani.
Stasiun keberangkatan dari Jakarta di Gambir dan stasiun kedatangan di Semarang
di Tawang. Demikian pula sebaliknya.
Teman teman alumni memang baik baik. Ketika
aku unggah bahwa aku sampai Semarang Jam 15.00 di Stasiun Tawang ada yang
menawarkan diri untuk menjeputnya. Juga ada yang memberitahu bahwa kalau bisa
turun di Weleri saja, lebih dekat dengan Kendal. Namun ketika aku chek di
tiket, ternyata KA tidak berhenti di Weleri, karena KA Agro Bromo Anggrek
termasuk KA bisnis, hanya berhenti di Cirebon, Pekalongan dan Semarang dan
langsung ke Surabaya.
Oh..., ya..., seperti biasa kalau menghadiri
reuni, Aku selalu bawa oleh-oleh khas Bogor. Kali ini Aku akan bawa oleh oleh
berupa bolu tales Bogor dan bumbu asinan Bogor. Aku sudah SMS ke Mas Ristanto
untuk mempersiapkan buah-buahan nya : mangga, nanas, bengkuang, dondong, dll.
Kereta Agro Bromo Anggrek berangkat Jam 10.00 dari Stasiun Gambir. Sabtu
17 Februari 2018 , setelah sholat Subuh Aku di antar istri Ku, menuju Stasiun
Kereta Bogor. Jarak rumah dengan stasiun tidak terlalu jauh. Pada pagi hari
hanya di tempuh dalam waktu kurang dari 10 menit. Sengaja Aku berangkat pagi,
karena Aku tidak mau berdesak desakan dalam kereta dan harus dapat tempat
duduk. Lagi pula KRL Bogor tidak diperbolehkan
berhenti di Stasiun Gambir. Jadi Aku harus turun di stasiun sebelum Gambir (Stasiun
Gondangdia) atau setelah stasiun Gambir (Stasiun Juanda). Enaknya naik KRL
waktunya dapat diprediksi hanya sekitar 1 jam saja. Beda kalau naik mobil,
waktu tidak bisa diperkirakan karena masalah kemacetan. Aku memilih turun di
Juanda, dari dari sini naik ojek ke Stasiun Gambir. Jaraknya juga tidak terlalu
jauh, naik ojek hanya 15 ribu. Sampai di Stasiun Gambir masih pagi, baru jam 7
pagi, jadi harus menunggu selama 3 jam. Ya.., nggak apa-apa. Lebih baik
menunggu daripada terburu-buru.
Ketika akan masuk
ke stasiun Aku tunjukkan tiketnya, namun oleh petugas Aku di haruskan ngeprint
dulu untuk dapat “boarding pass” nya. Untung petugasnya baik, Aku dibantu
ngeprint tiket. Dari “boarding pass” ini baru diketahui kereta nomor berapa dan
juga nomor tempat duduknya. Fasiltas Stasiun Gambir lumayan lengkap, kafe, alfamart,
restoran dan ruang tunggu nya juga lumayan nyaman.
Jam 09.45, KA
Agro Bromo Anggrek memasuki Stasiun. Penumpang secara teratur naik KA.
Tepat jam 10.00 KA berangkat. Melihat pemandangan hamparan sawah dan perbukitan
serta kesunyian di sepanjang jalan rasanya damai betul. Untuk makan siang ada
gerbong khusus restoran. Lumayan enak makanan yang disajikan. Perjalanan santai
dan cukup menyenangkan. Jam 15.10, KA sudah sampai di Stasiun Tawang Semarang.
Di Stasiun sudah menunggu Adik Ku. Perjalanan
ke Kendal tidak terlalu lancar, karena
kepadatan kendaraan. Di jalan Pandaran, Aku berhenti sebentar untuk membeli
bunga, karena esoknya Aku mau nyekar ke makam kedua orang tua Ku.
Malamnya setelah bakda Magrib, Yuliyanto telah
menjemput Ku untuk di bawa ke rumahnya Mbak Nur (Nurwati). “ Win di tunggu
teman teman SMP N I Kendal, ada “reuni SMP N 1 Kendal”, mumpung pada
kumpul. Di tempat mbak Nur sudah
menunggu teman teman alumni SMPN 1 Kendal. Tidak banyak hanya beberapa orang :
Tuti, Haryuti, Eni, Moshsoum, Bambang Mul, Amin. Tujuan pertemuan untuk
mendoakan Marhaen dan Yoyok. Acara di pimpin oleh Ustadz Mochsoum.
Pagi sekitar jam 08.00, Aku diantar oleh Adik
Ku berangkat menunju ke tempat makam kedua orang tuaku, Sarean
Pekuncen Desa Kalibuntu Wetan Kecamatan
Kendal. Sarean dikelola oleh Yayasan Persatuan Wredatama Seluruh
Indonesia (PWRI) Kendal. Salah satu
pengurusnya adalah Pak Yono. Selesai membersihkan dan berdoa
perjalanan dilanjutkan ke tempat Kakak Ku yang berada di sebelah gedung SMA N 1
KENDAL. Sudah menjadi kewajibanku setiap Aku ke Kendal selalu ke tempat Kakak Ku
yang tertua.
Sekitar jam 09.50, Budi Yuwono dan Jasno menjemputku.
Sungguh surprise Budi Yuwono bisa mengendari mobil, mengingat ketika reuni di
Lik Ut, Budi Yuwono mengalami kesulitan berjalan,
terkena stroke ringan pada kakinya. Alhamdulillah, sekarang sudah sembuh.
“Adoh ra omahe Ristanto” Tanya ku.
“Aku yo... ra ngerti. Pokok e , Desa Podosari – Cepering ” Jawab Budi Yuwono .
“We....., lha dalah, arep reunian, ning ora
ngerti omahe. Iki piye to.. .. “Pikirku
“Yo wis di wenehi ancer-ancer, engko belokan
pertama soko Kali Bodri menggok kiri.” Kata Budi Yuwono .
Benar saja tak berapa lama kendaraan belok kiri,
melewati jalan kabupaten. Kondisi jalannya tidak sebagus jalan nasional. Banyak
lubang lubang di tengah jalan. Mungkin untuk membiayainya Pemda Kabupaten
Kendal tidak punya uang. Beberapa kali Aku bertanya sama penduduk tentang Desa
Podosari. Akhirnya ketemu Lik Ut di persimpangan (Lik Ut seperti nya di tugaskan).
Oleh Lik Ut ditunjukkan arah Desa Podosari. Jalannya mulus sudah di beton. Jauh lebih
bagus daripada jalan kabupaten. Aku yakin jalan ini di biayai oleh Dana Desa
dari Pemerintah. Mobil berjalan dengan perlahan menyusuri jalan desa, setelah
agak jauh dan melewati Masjid Desa yang megah, Aku dan Budi Yuwono mulai curiga. Koq tidak ketemu rumahnya? Apa
salah jalan?
“Bud, stop disik, Aku arep takon karo penduduk
nang kene.” Kata Ku
Beberapa kali Aku bertanya kepada penduduk,
akhirnya ketemu juga. Rupanya mobil
sudah berjalan terlalu jauh dari rumah Ristanto.
Rumah Ristanto cukup besar, mungkin sekitar
600 meter persegi dengan halamannya. Ya..., itu sudah biasa bagi rumah di desa,
apalagi rumahnya peninggalan orang tuanya. Di halaman bagian kiri, yang dulunya
banyak tanaman mangga sudah diganti dengan tananam Gelombang Cinta. Ristanto nampaknya pecinta tanaman, selalau
mengikuti tanaman yang lagi ngetred. Memang daun tanaman Gelombang Cinta sangat
indah (bagi pecinta tanaman). Sayang tanaman tersebut kini hanya di kenal namanya
saja. Tidak sehebat pada masa jayanya.
Yang sudah hadir lumayan banyak. Sebagaian
besar sudah pernah ketemu di beberapa kali reuni, sehingga aku tidak pangling
lagi. Namun ada 2 “teman” baru. Pertama Mas Chusnun, meski sudah sering
komunikasi via WA, dan juga lihat fotonya di WA, namun ketemu di darat, agak
lama baru mengenalinya. Kedua Gufron, wajahnya tidak berubah, sehingga Aku dengan cepat
mengenalinya. Dengan keduanya baru kali ini ketemu setelah lulus dari SMA.
Kalau lulus tahun 1973 dan sekarang tahun 2018, artinya 45 tahun baru ketemu. Ini
lah salah satu manfaat dari reuni.
Hadir dalam pertemuan reuni adalah : Mas Ristanto sebagai tuan rumah, Mbak Nunuk,
Mbak Nina, Eyang Retno, Mbak Hermin, Tuti, Eyang Rubiyatun, Eyang Haryuti, Mbak
Tri Yuniyarti, Om Tedjo, Om Edi Prapto, Mas Chusnun, Mas Gufron, Ustadz
Mochsoum, Ustadz Matrhodi, Mas Budi Yuwono, Lik Ut, Om Basuki, Yuliyanto, Mas
Jasno, Mbah Ichsan, Om Rinenggo, Mas Eko, Mas Sudiyo, siapa lagi ya... Beberapa
Alumni membawa mantan pacar, seperti Om Tedjo, Mas Chusnun, Mas Gufron, Mas
Basuki (siapa lagi ya...). Tidak lupa beberapa Bapak dan ibu guru : Pak Yono, Pak Tomi, Ibu Panti serta pegawai
tata usaha, Pak Gayus. Bapak Mahyudin yang biasanya selalu hadir dalam reuni
sudah meninggal.
Di meja sudah tersedia aneka makanan, ada
makanan tradisional : lemper, pisang rebus, pisang goreng, asinan Bogor ada
makanan modern : roti, bolu dll. Aku sampai tidak hafal karena banyaknya. Pokoknya,
makanan sangat berlimpah, beberapa teman membawa juga makanan dari daerahnya
masing-masing. Mas Chusnun membawa : pisang kepok, kelapa muda, Mas Eko membawa
rambutan, Eyang Rubiyatun membawa pilus, dan masih banyak teman teman yang
membawa makanan, Aku tidak ingat satu persatu. Apalagi makan siangnya, lauknya
cukup komplit. Enak tenan.... (siapa yang ingat, apa saja...).
Acara biasa acara dibuka oleh Mbak Nina
sebagai sekretaris, dilanjutkan sambutan dari Mbak Nunuk sebagai Ketua dan Mas Ristanto
sebagai tuan Rumah, serta Pak Yono sebagai bapak guru. Seperti biasanya, dalam
setiap pertemuan alumni, Ketua selalu membagikan bingkisan kepada Bapak dan ibu
guru serta pegawai tata usaha. Pada saat itu juga di umumkan bahwa Setiyono
sedang sakit. Informasi yang Aku peroleh kehidupan Sutiyono sangat
memprihatinkan. Sutiyono tidak berkeluarga. Disarankan untuk tinggal di rumah
jompo, tetapi Sutiyono tidak mau. Tidak bebas katanya. Sehabis acara akan ada
perwakilan SMA 1971 menjenguknya, untuk itu para alumni diminta kerelaannya
memberikan sumbangan. Ini lah manfaat reuni yang lainnya. Menjenguk sahabat
yang sakit, untuk memberikan semangat.
Ristanto sebagai
tuan rumah
ALUMNI SMA N KENDAL
Sesi foto bersama
merupakan acara yang wajib diikuti para alumni yang hadir, sebagai dokumentasi
dan sekaligus menunjukkan kekeluargaan dari para alumni.
Ada 4 (empat) kelompok, yaitu :
Kelompok Kendal, Kelompok Semarang,
Kelompok Luar Kota, dan Kelompok Jakarta
dengan anggota sbb. :
KELOMPOK KENDAL (24 orang) : Kirana, Edy Prapto,
Pristiwati, Yulianto, Budi Yuwono,
Joko Pramono, Basuki, Sudiyo,
Ristanto, Bambang Utono , Sutiyono,
Matrodhi, Chusnun, Gufron, Umi Kulsum, Moch Ichsan, Jasno, Suwarto,
Bambang Mulyanto, Giyono, Siswoyo, Mindarsih, Maturi, Moch Soum, Slamet
Wicaksono.
KELOMPOK
SEMARANG (16 orang) : Nunuk,
Herminingsih , Haryuti, Rinenggo, Tri
Yuniarti, Eko Rahono, Edi Susilo, Retno Muninggar, Siti Aminah, Rahardjo, Sumadi, Suminto, Dhanisworo, Martati, Nining, Sunardi.
KELOMPOK
LUAR KOTA (13 orang) : Nurul, Umi Tyastuti, Umi Lestari; Rubiyatun, Pudji Astono, Yuniati, Harry Tri, Joko Wahyono,
Melani, Anwar, Syamsul, Fridawati, Sartono.
KELOMPOK JAKARTA
(13 orang) : Mulyono, Tedjo Rumekso, Muchtadi, Purwadi, Susmoyowati,
Bambang Winarto, Harkrisnomo, Sudirno,
Kusyono, Zaenal, Hambali, Purwanti, Sri
Widodo.
Acara di akhiri sekitar jam 13.45. Sungguh
suatu pertemuan yang mengesankan. Sebelum pulang, panitia memberikan bungkusan
yang cukup besar. Entah isinya, nanti baru ke tahuan setelah di buka.
Sebagaimana berangkatnya, pulangnya Aku tetap
bersama Budi Yuwono dan Jasno. Tidak ada yang istimewa dalam perjalanan ke
rumah Adik Ku.
Sampai di rumah Adik Ku, yang pertama Aku
lakukan adalah membuka bungkusan yang cukup besar. Ternyata isinya
macama-macam, kebanyakan makanan : pisang kepok satu sisir (Pasti dari Mas Chusnun),
roti, pisang rebus, kerupuk petis, pilus, makanan apa lagi ya......, Souvenir
SMA Ganesha (Pasti dari Mas Basuki) dan jam dinding dengan foto Ristanto.
Kreatif juga Mas Ristanto, karena kalau lihat jam dinding pasti akan teringat
Mas Ristanto.
Makan malam bersama saudara : Kakak, Adik dan
juga para keponakan beserta anak-anaknya dari Semarang, Pati dan Kendal. Ramai
juga seperti hal reuni yang baru saja Aku hadiri. Dilanjutkan dengan ngobrol
tentang keluarga serta pertemuan keluarga Wirjoatmodjo yang akan
diselenggarakan di Cirebon setelah hari Raya. Pertemuan keluarga dilakukan 2
(dua) tahun sekali yang dihadiri oleh keluarga Wirjoatmodjo yang jumlahnya
mencapai ratusan orang.
Sehabis ba’da Isya, dengan di antar keponakan
Ku, Aku berangkat menuju stasiun Tawang Semarang. Perjalanan lumayan lancar,
hanya mendekati stasiun Tawang tersendat.
Seperti hal nya, di stasiun Gambar, tiket di scan, maka akan keluar “boarding
pas”, yang menunjukan gerbong dan tempat duduk.
Gorbang yang akan ke tempati merupakan Gerbong Priority, yakni kelas bisnis
yang tertinggi di KA. Ini gara-gara cari tiket Semarang – Jakarta sudah habis
semuanya, tinggal kelas priority. Maklum hari Jum’at nya merupakan tanggal
merah, sehingga banyak penumpang yang pesan pada hari Minggu untuk ke Jakarta.
Tapi ya..., nggak apa-apa demi reuni, tiket apapun akan Aku beli. Jadi saran
untuk pengurus, kalau mengadakan reuni tidak usah mengambil hari yang ada libur
panjangnya. Nanti yang dari luar kota akan mengalami kesulitan dalam pembelian
tiketnya. Bukankan menurut kita semua
tanggal merah semuanya.
Ketika masuk ke gerbong, woow...., betul-betul
gerbong mewah. Desain
interior didominasi dengan kayu jati.
Ruangannya sangat sejuk dari pendingin
ruangan atau AC. Kursi penumpang memiliki ukuran lebar dan luas dan jarak
panjang antara satu kursi dengan kursi lainnya cukup panjang sehingga membuat
penumpang merasa nyaman. Pada kursi juga di sediakan selimut. Pramugara dan
pramugari disediakan secara khusus untuk melayani penumpang. Fasilitas Gerbong
Priority
bahkan tidak kalah dengan fasilitas yang ada di pesawat Garuda.
Ketika sudah duduk, pramugari langsung
menyuguhkan minuman jus dan juga snack. Perkara makanan dan minuman disediakan secara
gratis dan diambil secara bebas di cafe nya. Fasilitas toilet tersedia dengan cukup luas, bersih dengan
interior yang cukup mewah.
Keanehan
gerbong di belakang sempat Aku tanyakan. Penjelasan dari Pramugara adalah
sebagai berikut : Gerbong Priority adalah gerbong istimewa, tidak boleh
penumpang dari gerbong lain lalu lalang di gerbong ini. Makanya, Gerbong Priority hanya
akan ada di depan (belakang KA) atau paling belakang dalam rangkaian kereta.
Kalau KA ini berangkat dari Jakarta, maka Gerbong Priority akan berada di depan, tetapi karena
ini dari Surabaya, maka Gerbong Priority berada
di belakang. Itulah penjelasannya.
Jam 04.00 kereta
sudah masuk Jatinegara. Aku pilih turun di Jatinegara ketimbang Gambir, karena
dari Jatinegara telah tersedia KRL ke Bogor, meski harus menunggu 1 jam.
Perjalanan Jatinegara ke Bogor memerlukan waktu 2 jam. Sampai di rumah, Senin
jam 07.30. Istri sudah menunggu di depan pintu.
Reuni yang
mengesankan, entah 6 (bulan) ke depan apakah Aku masih bisa menghadirinya. Ya....,
meski hanya sekedar bertemu, bersalaman, berpelukan dengan sahabat SMA angkatan
1971. Tapi...., itulah salah satu milik Ku yang paling berharga PERSAHABAT.
(TAMAT).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar